Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Disparitas Kesehatan Global

7 November 2020   08:43 Diperbarui: 7 November 2020   13:25 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
katal9geografi.ogspot.com

Bismillah,

Alhamdulillah kita mestinya selalu bersyukur kepada Allah apa jua keadaan kita. Karena kita hidup dalam pengetahuan Allah, perlindungan Allah dan hidayah Allah. Salam dan selawat selalulah kita kirimkan kepada nabi Muhammad saw bahwa dia banyak berjasa dalam kehidupan kita karena beliaulah kita ada dalam era terang benderang, terlepas dari era kegelapan. Allahumma shalaiala muhammad. Tulisan ini mencoba memaparkan disparitas kesehatan global.

Mengajar sambil menguji

Saya mengajar selalu melakukan ekperimen kepada para mahasiswa saya. Ujian itu adalah suatu jebakan untuk mengecek keperibadian mereka dan atau juga kemampuan mereka berbahasa asing. Pelajaran "global health", "Environmental health" yang saya ajar pada mahasiswa MKM Bina Husada sesekali saya sajikan dalam bahasa Inggeris. Demikian juga, pada saat yang lain saya menshare buku elektronik sebagai bagai bahan lelang dalam rangka meminta bayaran terhadap buku sang dosen dalam bentuk "soft copy,". 

Tujuan saya melelang adalah untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk "peduli" kepada karya dosen mereka. Ada yang langsung peduli, ada yang tidak peduli. Waktu saya belajar di Inggeris, saya beli semua buku dosen dengan dua tujuan. Pertama, saya bisa memahami apa yang dosen saya tulis, kedua, sebagai ungkapan terima kasih kepada ybs. Alhamdulillah, dengan membeli buku dosen ilmu saya barokah. Rezeki saya juga barokah. Dosen saya itu namanya prof Roy Morgan, saya juga jadi profesor 11 tahun setelah selesai dari bimbingannya.

Apalagi pelelangan buku e-book saya kali ini saya 100 persen saya peruntukan pembangunan musholah di suatu tempat. Kepada yang membeli saya doakan secara khusus agar hidup mereka bahagia, sehat dan sejahtera selalu. Yang tidak membeli saya doakan hal yang sama. Saya tidak berkecil hati.

Disparitas kesehatan global

Dalam paparan saya sore itu saya menyoroti sejumlah hal antara lain "health condition', yang terdiri dari "life expectancy", "child nortalility rate", "DALYs", "share of deaths by cause", "death rate attributed to unsafe water source", "health care expenditure",  "Health provider absence rate", "time that doctors spend with a patient" and "what can be done".

Miskin vs kaya

Secara statistik terbukti bahwa kondisi kesehatan penduduk bumi didikte oleh keadaan perekonomian negara-negara di dunia. Negara-negara kaya menunjukkan tingkat kesehatan penduduknya lebih baik dibandingkan negara-negara miskin. Angka harapan hidup (AHH) pada tahun 2015, negara-negara berpendapatan rendah lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi. AHH adalah 50 tahun di negara-negara paling miskin berbanding 80 tahun pada negara-negara kaya.

Infant mortality rate, IRR, tergolong tinggi pada negara-negara berpendapatan rendah. Di negara-negara Afrika yang berdekatan dengan gutun Sahara IRR lebih dari 10 persen dibandingka  dengan angka IRR kurang darib1 persen pada negara-negara kaya.

Pada sisi lain DALYs, "the burden of diseases" ukuran tentang kehilangan dalam tahun yang terbebas dari kesakitan atau kecacatan. Indonesia menempati angka 40.000 per 100.000 individu. Bangingkan dengan Eropa dan Australia yang mempunyai laju kurang dari 20.000 per 1000.000 individu.

Sejak 65 tahun belakangan  IMR terus mengalami penurunan drastik baik di Afrika, Asia, Amerika Latin. Namun Afrika masih menunjukkan angka terburuk. Asia pada abad yang lalu masih berada di atas laju rata-rata IMR dunia, tetapi  sejak tahun 1990an sampai saat ini sudah berafa di bawah rata-rata laju IMR dunia.

MMR, maternal mortality ratio, adalah jumlah perempuan yang meninggal akibat penyebab yang berhubungan dengan kehamilan atau dalam 42 hari pemberhentian kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Ketika dipetakan antara MMR tahun 1990 vs MMR 2015 tampak bahwa negara-negara Afrika masih yang paling tinggi (sekitar 1000 per 100.000 kelahiran bayi hidup. MMR untuk Indonesia dan India sekitar 500 per 100.000 dan Sepanyol Italia berada pada radio kurang dari 10 per 100.000 kelahiran hidup.

Sumber air yang tidak aman

Ketidakmerataan dalam ketersediaan air bersih telah dikaitkan oleh para ahli dengan kematian. Laju kematian telah dikaitkan dengan kurangnya akses terhadap air bersih. Laju kematian akibat mengkonsumsi air yang tak aman di Indonesia berkisar antara 30 per 100.000 individu hingga lebih dari 200 per 100.000 individu di Afrika, India dan Papua Nugini. Angka itu untuk Australia, Eropa dan Amerika Serikat berada di bawah 25 per 100.000 individu.

Pada sisi lain, masyarakat miskin membelanjakan suatu porsi yang besar dari pendapatan mereka yang terbatas itu. Di negara-negara kaya, penduduk membelanjakan sedikit porsi pendapatan mereka yang memang tinggi. 

Pesan khusus kepada mahasiswa 

Kepada para mahasiswa saya berpesan agar memperhatikan banyak hal.

1. Kalian yang dokter agar memperhatikan kondisi perekonomian para pasien dalam menentukan bayaran mereka berobat dengan kalian. Karena untuk berobat mereka terkadang menghabiskan lebih dari 70 persen pendapatan mereka.

2. Dalam menyikapi perbandingan data angka rasio kematian ibu, laju kematian bayi antara negara kaya vs negara miskin kita perlu hati-hati dalam memilih kata. Kekayaan jangan  dijadikan pencegah kematian. Ini bisa syirik.

3. Kalian bisa mejadikan pelajaran berharga dari kuliah ini bahwa negara-negara maju mampu mengelola pelayanan kesehatan yang ramah pasien agar juga dapat diterapkan di tempat tugas kalian masing-masing.

Jayalah kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun