Penulis pada suatu saat juga  bersifat kaku tetapi pada saat lain bersifat lentur. Pada suatu saat saya meminta pendapat kepada teman dari Arab Saudi apakah menghilangkan najis itu masih diperlukan membasuh anggota badan dengan tanah selain air. Beliau menjawab dengan air dan sabun cukup. Tetapi saya tetap menambah sekali dengan tanah lalu dibasuh dengan air dan sabut minimal tujuh kali. Terserah Allah yang jadi hakim kami.
Demikian juga ada yang keberatan dengan pembacaan yaasin dan tahlil pada 3 hari, 7 hari, 41 dan 100 hari. Penulis juga tidak mengalahkan dan membenarkan. Kenapa? Asal mereka tidak melakukan kesyirikan seperti membakar kemenyan. Maka kenapa tidak?
Allah dan rasulNya tidak melarang hal-hal yang bersifat kebaikan asal jangan berlebihan. Lihatlah kasus perbaikan tempat manasik haji selalu mengalami perbaikan. Itu semua bid'ah. Tetapi hasanah.
Tempat lempar jumroh sudah tiga tingkat. Tempat sai dan thawab sudah 4 tingkat. Ke Mina sudah ada kereta api cepat. Ini semua tidak ada pada zaman nabi.
Orang naik haji dan umroh pakai bis dan pesawat terbang. Pada hal pada zaman nabi orang jalan kaki dan naik onta yang kurus.
Tempat thawab dan lantai masjid nabi dan masjidil haram semua menggunakan batu alam granit yang anti panas padahal pada zaman nabi terbuat dari pasir dipadatkan.
Lihatlah tempat wukuf di arofah ada tenda-tenda memakai AC padahal pada zamn nabi hanya beratap langit.
Lihatlah untuk miqad di Minna semua pakai tenda tenda yang cantik cantik pada hal pada zaman nabi itu tidak ada.
Penutup
Menarik sekali memperhatikan diskusi dari grup WA keluarga Lubuk Langkap Air Nipis Bengkulu selatan tentang sejumlah hal. Saya bangga mengikuti diskusi mereka itu. Tetapi saya tidak nimbrung secara seksama. Saya hanya menulis tulisan ini sebagai pengganti diskusi dengan mereka. Karena menurut saya berdebat soal agama itu boleh tetapi sebaiknya dihindarkan karena tidak dianjurkan. Hanya Allah tempat kita semua bertawakal dalam segala urusan.
Jayalah kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H