Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bid'ah Hasanah Versus Bid'ah Dholalah

23 September 2020   07:43 Diperbarui: 23 September 2020   07:47 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis pada suatu saat juga  bersifat kaku tetapi pada saat lain bersifat lentur. Pada suatu saat saya meminta pendapat kepada teman dari Arab Saudi apakah menghilangkan najis itu masih diperlukan membasuh anggota badan dengan tanah selain air. Beliau menjawab dengan air dan sabun cukup. Tetapi saya tetap menambah sekali dengan tanah lalu dibasuh dengan air dan sabut minimal tujuh kali. Terserah Allah yang jadi hakim kami.

Demikian juga ada yang keberatan dengan pembacaan yaasin dan tahlil pada 3 hari, 7 hari, 41 dan 100 hari. Penulis juga tidak mengalahkan dan membenarkan. Kenapa? Asal mereka tidak melakukan kesyirikan seperti membakar kemenyan. Maka kenapa tidak?

Allah dan rasulNya tidak melarang hal-hal yang bersifat kebaikan asal jangan berlebihan. Lihatlah kasus perbaikan tempat manasik haji selalu mengalami perbaikan. Itu semua bid'ah. Tetapi hasanah.

Tempat lempar jumroh sudah tiga tingkat. Tempat sai dan thawab sudah 4 tingkat. Ke Mina sudah ada kereta api cepat. Ini semua tidak ada pada zaman nabi.

Orang naik haji dan umroh pakai bis dan pesawat terbang. Pada hal pada zaman nabi orang jalan kaki dan naik onta yang kurus.

Tempat thawab dan lantai masjid nabi dan masjidil haram semua menggunakan batu alam granit yang anti panas padahal pada zaman nabi terbuat dari pasir dipadatkan.

Lihatlah tempat wukuf di arofah ada tenda-tenda memakai AC padahal pada zamn nabi hanya beratap langit.

Lihatlah untuk miqad di Minna semua pakai tenda tenda yang cantik cantik pada hal pada zaman nabi itu tidak ada.

Penutup
Menarik sekali memperhatikan diskusi dari grup WA keluarga Lubuk Langkap Air Nipis Bengkulu selatan tentang sejumlah hal. Saya bangga mengikuti diskusi mereka itu. Tetapi saya tidak nimbrung secara seksama. Saya hanya menulis tulisan ini sebagai pengganti diskusi dengan mereka. Karena menurut saya berdebat soal agama itu boleh tetapi sebaiknya dihindarkan karena tidak dianjurkan. Hanya Allah tempat kita semua bertawakal dalam segala urusan.

Jayalah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun