Pertama, perhatian pemerintah kepada pertanian sangat tinggi. Pemerintah membuatkan perencanaan petani siapa di daerah mana, menanam apa karena harus sesuai dengan kebutuhan  pasar. Kalau ada produkntak laku maka pemerintah yang akan membeli.
Kedua, harga pangan di Jepang terkendali. Harga produk pertanian di Jepang diatur oleh pemerintah. Ada juga pihak swasta yang membeli produk pertanian yang harganya di atasyang ditentukan oleh pemerintah.
Ketiga, Luas kepemilikan lahan petani Jepang sangat tinggi. Dengan kepemilikan lahan yang luas maka mudah bagi pemerintah untuk mengelola pertanian yang dikerjakan oleh petani. Teknologinya, sapradiny dsb. Sistemnwarisan di Jepang hanya diberikan kepada anak yang sungguh-sungguh ingin bertani. Anak yang lain diberi warisan dalam bentuk lain.
Keempat, etos kerja petani Jepang sangat tinggi. Petani di Jepang mempunyai jam kerja seperti kantor. Jam kerja di mulai dari pukul 02.00 waktu Jepang dan istirahat pukul 12.00 siang. Sore hari mereka kerja lembur.
Kelima, teknologi pertanian jepang sangat maju. Seperti dijelaskan sebelumnya karena industri otomatif di Jepang sangat  maju maka berpengarih juga kepada mesin-mesin pertanian. Pertanian dikerjakan oleh mesin-mesin modern milai dari pengolahan tanah, penanaman hingga kepada mesin pemliharaan dan panen.
Wisata di Sawah Masa Depan
Ada dua praktisi yang intens sekali mendiskusikan wisata di sejumlah sawah di Bengkulu Selatan. Keduanya adalah Bandarman yang biasa dipanggil Andang dan Ali Musramin, yang biasa dipanggil Limun. Mereka meyakini bahwa di Bengkulu wisata di sawah sangat menjanjikan.
Andang meyakini bahwa membangun rumah singgah (home stay) yang dikombinasikan dengan embung di sekitar pondok yang cantik akan mampu dikerjakan dalam kisaran 15-30 hari. Sementara Ali Musramin dkk meyakini bahwa sawah yang disulap untuk home stay akan jauh lebih indah dan cantik dengan contoh rumah singgah yang ada di Malaysia.
Ketika ditanya apa alasannya, Ali menambahkan bahwa sawah di Bengkulu airnya jernih dan indah. Ketika ditanya bagaimana prospek penerapan konsep pertanian yang menganut "tambo art" ala Jepang dan "home stay" ala Malaysia, Ali merespons dengan optimis bahwa hal itu dapat diadopsi dengan baik. Tentu saja, menurut Ali, diperlukan kerjaaama antara para pihak yakni para investor, pemerintah dan petani serta masyarakat secara keseluruhan.
Jayalah pertanian Indonesia dan kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H