Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meneropong Apa yang Terjadi di Pertamina

29 Agustus 2020   15:28 Diperbarui: 29 Agustus 2020   17:28 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam suatu kesempatan saya pergi bersama dengan seorang surveyor dari perusahaan asing yang menggerutu tentang pertamina. Beliau kesal mungkin karena gagal masuk pertamina setelah panjang perjalanan yang dia lalui waktu ikut tes masuk pertamina.

Bapak yang berumur 40 tahunan ini menceritakan bahwa penggajian di pertamina itu sampai 20 bulan  setahun dan gaji mereka itu melebihi gajinya di perusahan  asing. Saya "no comment" lah. Saya hanya mereply "mosok si"? Iya, dia bilang sumpah. Saya tidak pernah mengekspos pernyataan bapak yang kerja di perusahaan asing itu.

Saya mau ngomong apa. Tetapi sejak ada beriya bahwa pertamina mengalami kerugian Tp 11 T pada semester pertama tahun 2020, saya jadi teringat dengan "ocehan" bapak itu.

Pak Ahok mungkin ketempuhan tahlil

Bahwasanya pertamina mengalami kerugian tidak semuanya kesalahan pak Ahok. Karena banyak kekeliruan yang sudah terjadi di tubuh BUMN itu.  Jika diperiksakan ke "dokter" jelas sekali bahwa BUMN itu mengalami sakit yang luar biasa. Penyakit yang  saya duga adalah "tetanus" akut. Karena besar pasak dari pada tiang. 

Lagi-lagi ini karena kita semua sayang dengan pertamina. Jika selama ini saya dan kebanyakan rakyat Indonesia menuntut agar harga minyak diturunkan sebagaima minyak dunia turun hingga 60 persen. Mengetahui penyakit akut yang menimpa BUMN itu mari kita bersimpati dan berempati untuk tidak mengeluhkan harga minyak yang mahal di negeri tidak lagi menyandang predikat "oil-producing country" tetapi sudah berganti menjadi "oil-importing country". Semoga di pertamina tidak ada lagi tikus-tikus yang menggerogoti pipa. Atau ada juga yang pernah kedapatan mengirim minyak melalui pipa bawah laut tapi uangnya tidak tahu ke mana.

Semoga pertamina segera sembuh dari sakitnya.

Jayalah negeriku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun