Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Malu Itu Tanda Orang Beriman?

27 Agustus 2020   06:03 Diperbarui: 27 Agustus 2020   08:03 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah,

Mari selalu syukuri keadaan kita. Sakit, sehat, kaya miskin, jadi orang kota atau jadi orang desa. Semestinyalah  kita bersyukur walau apa jua yang kita alami, rasakan. Pahit, manis, susah, senang, capek, segar. Kita bersyukur kareka Allah masih memberi anugerah hidup apalagi dapat membaca tulisan ini. Malu jika kita tidak bersyukur. Tulisan ini membahas tentang rasa malu yang Allah anugerahkan kepada kita.

Dari mana rasa malu?

Rasa malu itu merupakan anugerah Allah kepada semua benda-benda atau makhluk di langit dan di bumi. Malu ada yang bawaan sebagai anugerah, ada juga yang merupakan hasil usaha manusia. Ingat bahwa langit, bumi, gunung malu ketika ditawari amanah. Hanya manusia yang mengambil. Karena manusia malunya sedikit.

Pada waktu saya kecil, saya tidak ada rasa malu untuk menangis sejadi-jadinya karena ibu saya lupa membelikan makanan kesenangan saya yakni "juadah" pisang dari pekan. Ibu saya lupa atau tidak ada uang. Tidak jelas. Tetapi seingat saya pada waktu itu saya terus menangis. 

Sampai suatu saat saya dinasehati tetangga. Tidak baik menangis karena kecewa tidak dibelikan orangtua sesuatu. Mestinya kita memahami bagaimana kesusahan orangtua. Lihat adik kamu tidak menangis seperti kamu. Sejak itu saya mulai mengenal rasa malu. 

Ayah dan ibu kalau pergi mengunjungi siapa saja pasti bawa buah tangan. Mau di kota atau di desa jika mereka bertandang mesti bawa buah tangan. Sejak itu tertanam pada diri saya untuk membawa buah tangan jika berkunjung kepada orang lain walau kecil. Apalagi kita ditawari makan atau diberi kebaikan. Malu rasanya jika tidak membawa apa-apa.

Apa kata quran tentang malu?

Allah berfirman pada suatu surat dalam alquran. 

"Perbuatlah apa saja yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan." (QS Fushshilat: 40).

Secara umum, rasa malu ada dua macam. Yaitu, malu sebagai sebuah tabiat atau pembawaan, yang dianugerahkan Allah SWT sejak manusia lahir. Yang kedua, malu yang tumbuh sebagai hasil usaha. 

Sabda Rasulullah SAW dalam hadits ini lebih merujuk pada malu dalam bentuk kedua. Bila demikian, kita wajib merawat dan mengembangkan rasa malu ini dengan berusaha mengenal siapa Allah dan siapa diri kita.

Upaya memperoleh sifat malu

Salah satu upaya memperoleh malu adalah dengan memberi nasehat kepada orang lain. Misalnya kita  mesti ada sifat malu. Jangan seperti hewan sapi. Sapi itu kemana-mana tidak pakai baju.

Kita perlu memberi nasehat kepada orang di sekitar kita bahwa landasan hidup di dunia adalah keyakinan kepada tuhan YME dan sifat malu. Kita merasa malu jika orang lain taat kita tidak.  Kita mesti malu jika orang lain baca alquran kita tidak. Orang berprilaku baik kepada orangtua kita tidak. Orang lain sabar dan shalat kita tidak.

Malu tanda ada iman

Nabi Muhammad saw pernah bersabda "malu itu adalah bagian dari iman". Orang yang ada rasa malu akan tidak melakukan sesuatu yang tidak.baik, tidak lazim. Jika ada kecurangan terjadi di sekitar kita dan kita malu untuk berbuat curang maka berarti kita ada iman. Orang yang mempunyai sifat malu merasa diawasi Allah. Sebaliknya jika tidak ada rasa malu berarti dia tidak merasa diawasi Allah. 

Beruntung sekali jika kita punya sifat malu. Dengan adanya sifat malu kita tidak akan menzalimi diri sendiri apalagi menzalimi orang lain. Banyak orang yang suka berbuat maksiat karena tidak punya malu. Banyak orang yang zalim karena juga tak punya malu. Banyak orang yang kejam kepada manusia lain karena tidak ada malu.

Nabi-nabi semua dianugerahi sifat malu yang luar biasa. Nabi  Adam as tidak berani menengadah atau memandang ke arah langit selama puluhan tahun karena malu. Dia malu karena berbuat satu kesalahan yang fatal. Akibat satu kesalahannya dia dikeluarkan dari surga. Akibat kesalahnnya dia dipisahkan dari istrinya selama puluhan tahun. 

Nabi Muhammad saw tak kalah malunya jika ditegur Allah atau jika dipanggil Allah untuk shalat. Pada suatu waktu dia ditegur Allah karena mengutamakan pembesar qurays dibandingkan melayani orang buta. Itu dinukilkan Allah dalam.alquran surat Abasya. Nabi menangis dan menangis karena malu kepada Allah. 

Demikian juga nabi Muhammad malu kepada Allah jika dipanggil Allah melalui berkumandangnya azan. Nabi Muhammad akan buru-buru ambil wudhuk dan menjawab setiap  kalimat azan. Dia menjadi seseorang yang ketakutan. Dia seakan akan tidak kenal lagi keluarga dan para sahabatnya. Mukanya pucat pasi.

Bagaimana dengan saya dan anda? 

Semoga Allah menganugerahkan sifat malu pada kita semua dan  zuriyat kita sampai hari kiamat.

Jayalah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun