Bismillah,
Setiap tahun saya kebagian membimbing dan menguji mahasiswa magister di dua PT di kota kami. Tahun-tahun sebelumnya semua berjalan tanpa cerita yang seru. Ada si ada cerita yang indah dikenang tetapi tidak begitu seru dibanding dua tahun terakhir. Tulisan ini tidak untuk menghakimi atau mem-"bully" siapa-siapa tetapi murni untuk hiburan dan mensyukuri kejadian itu.
Saya memarahi mahasiswa
Biasalah, hubungan dosen dan mahasiswa walau akrab dan berjalan lancar tetapi adakalanya tanpa sengaja mahasiswa berbuat salah yang tanpa sengaja atau tidak sengaja. Tugas bimbingan yang saya berikan dia "submit" tetapi jauh dari saya inginkan. Sementara waktu sudah mepet karena yang bersangkutan harus menyiapkan tesis dan ujian kompre.Â
Saya mencoba menahan emosi untuk tidak marah kepada mahasiswa. Tetapi dasar manusia biasa, saya panggil mhs ybs dan mulai memberikan arahan plus ancaman.
Perhatikan kamu ya fulana. Ini begini, ini begitu. Ini dibuat begono. dst. Kalau kurang ngerti kamu lihat tesis sianu. Besok jika kamu gagal melakukan apa yang saya arahkan maka saya minta kamu ganti saya sebagai pembimbing.Â
Pada hari yang dijanjikan dia datang dengan tesis yang sudah siap. Caranya menyajikan tulisan bagus sekali. Saya tercengang. Dia berlaku sopan dan sikapnya menunjukkan intelektual yang bagus.
Waktu ujian dia pakai ppt yg bagus, logiknya, bahasannya bagus. Dan itu dipuji oleh penguji lain. Alhamdulillah dia memperoleh nilai yang bagus dengan "minor correction". Â
Saya menjadi kikuk menghadapi mahasiswa yang "sempat" saya marahi tersebut. Selanjutnya setelah wisuda dia datang dengan gembira dan mengucapkan banyak terima kasih karena dia jadi orang yang terbangun dan terlahir kembali setelah "dimarahi" itu..hehe.
Menyerah sebelum perang
Yang di atas itu tahun lalu. Tahun ini ada dua mahasiswa lagi yang bikin ulah. hehe. Yang pertama membawa draft tesis. Lalu saya coret semua dari tengah sampai ke ujung. Dia tidak marah. Tapi saya ajari dengan kecepatan kilat. Orangnya tidak marah tidak juga terkejut. Mungkin jantungnya terbuat dari karet.Â
Pada kesempatan lain ada mahasiswa yang telpon dan kirim WA bahwa dia mundur dari ujian. Saya bilang gakpapa. Mundur saja. Tapi saya biakan dulu dia narik napas dan cooling down. Setelah itu saya puji, saya beri gambaran bagaimana jika dia ujian, dan bagaimana jika dia tidak ikut ujian.
Alhamdulillah mahasiswa itu dua-duanya menyenangkan hati saya. Keduanya dan semua mahasiswa yang saya bimbing dan uji semuanya memperoleh nilai yang maksimal.Â
Penguji lain sangat puas dengan penampilan mereka. Syukur alhamdulillah para karya siswa yang waktu belajar mereka sangat terbatas itu kini sudah lulus ujian tesis.
Sebagai dosen saya selalu mendoakan agar mahasiswa saya semuanya sukses dunia akhirat. Membahagiakan keluarga dan menjadi pribadi hebat. Hebat untuk keluarga, masyarakat dan negara.Â
Jayalah kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H