Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Membakar Lahan dan Hutan dengan Bijaksana

20 Agustus 2020   13:54 Diperbarui: 20 Agustus 2020   14:58 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Pagi ini hari libur, 1 Muharam 1442 H. Tidak biasanya, saya dan genma (panggilan kesayangan untuk istri saya) menyapu halaman rumah kami. Nampak tidak enak dipandang mata. Karema swlama ini saya menerapkan kebijakan untuk menumpuk daun yang jatuh di pangkal pohon yang ada. Bayangkan ada 14 pohon pokad, ada 5 pohon lengkeng, sejumlah pohon pisang, pohon durian, labu kayu, jambu, jambu bol dsb. Kerika genma meminta saya untuk membakar sampah di tempat karena jauh jika dibawah ke tempat pembakaran "umum". Saya dengan setia mengikuti "permintaan" genma. Tulisan ini membahas tentang alasan mengapa saya mengizinkan pembakaran sampah di halaman atau di lahan jika dilakukan terbatas.

Justifikasi pembakaran sampah

Pembakaran sampah pada halaman yang pagi ini kami lakukan ada sejumlah alasan.  Pertama, saya memperhatikan ketika terjadi hujan yang terus menerus maka daun-daun yang menumpuk di bawah pohon akan menimbun kelembaban yang tinggi.  Ini menurut istri saya yang berbasis ilmu penyakit tanaman mengundang maraknya jamur akar putih. Setelah saya perhatikan ada benarnya juga argumen istri saya. 

Kebijakan yang saya ambil untuk membiarkan tukang taman menumpuk daun yang jatuh pada awalnya seperti masuk akal jika daun tanaman itu lapuk dan berubah jadi kompos. Tanaman cenderung subur.  Tapi pada kasus lain pembusukan daun-daunan itu menjadi inang yang subur bagi jamur yang nakal seperti jamur Fusarium dan jamur akar putih yang disebabkan oleh jamur "Rigidoporus lignosus". 

Pagi ini dengan mengunakan bantuan koran bekas maka terjadilah pembakaran daun-daun kering di halaman kami itu. Apakah mencemari lingkungan? Nampaknya tidak, karena asap membumbung tinggi ke atas. Lagian, kami jarang membakar sampah dibandingkan tetangga sebelah rumah kami, yang toada ha5i tan0a membakar sampah. 

Sisi positif pembakaran sampah

Saya berani membakar sampah pagi ini karena sejumlah alasan. Pertama, saya melihat banyak penyakit telah menyerang pohon pisang yang ada di halaman kami. Saya tanyakan kepada istri saya apakah ada obat untuk pisang yang sakit seperti yang dialami oleh pisang kami itu? Dia menjawab bahwa penyebabnya itu ada yang bakteri ada yang jamur Fusarium.  Bila sudah berat maka dibakar adalah tindakan pencegahan sekaligus membersihkan laham dari merebaknya serangan patogen ke seluruh lahan.

Kedua, pembakaran sampah yang kami lakukan pagi ini bermanfaat untuk menjadikan lingkungan bersih dan sehat. Setelah kami selidiki ternyata penumpukan sampah dalam jumlah besar akan mengundang hama dan penyakit. Ke depan, kebijakan menumpuk daun kering apalagi daun-daun basah akan ditiadakan. Katakan "No" kepada penumpukan daun-daun di bawah pohon buah di sekitar kita. Katakan "yes" kepada pengolahan daun-daun kering untuk dibuat kompos. 

Teringat karhutla pada lahan petani

Saya adalah anak yang dibesarkan pada keluarga  petani. Kakek dan ayah saya membuka lahan dengan menebas, menebang lalu membakar lahan dan hutan. Ini dilakukan mereka pada musim kemarau. Pekerjaan ini dilakukan mereka pada lahan hutan primer atau lahan hutan sekunder. Dengan begitu pembukaan lahan jadi mudah dengan hasil yang memuaskan. Setelah musim penghujan datang, lahan yang sudah dibakar tadi ditanami tanamam sayur dan buah sekaligus ditanami tanaman perkebunan seperti kopi, durian, rambutan, pokad dsb.

Pada saat itu tidak ada kebakaran lahan dan hutan yang tidak terkendali seperti pada kejadian karhutla yang banyak terjadi di pedalaman pulau Kalimantan dan Sumatera. Seingat saya pembakaran lahan dan hutan oleh kakek atau ayah saya sangat terkendali.

Pada masanya saya juga pernah membakar lahan milik sendiri. Lahan yang mempunyai luasan 2 ha itu ditebas terlebih dahulu. Kami terlebih dahulu melakukan acara bersih-bersih pada lahan yang berbatasan dengan lahan milik tetangga. Gunanya untuk menghindarkan pembakaran tanpa kendali yang dapat menghanguskan kebun milik tetangga. Setelah siap, tukang kebun saya perintah untuk membakar lahan dengan hati-hati. Tugas saya adalah melaungkan azan pada sisi lahan milik tetangga. Selama 3,5 jam api membakar lahan yang ditebas dan ditebang terlebih dahulu. Tentu setelah kering. Alhamdulilah, api tidak mengganggu atau membakar lahan milik tetangga. 

Membakar lahan dan hutan dengan bijak

Sejak lama, orang desa membakar lahan dan hutan dengan bijak. Tentu luasannya terbatas. Tidak untuk memperkaya diri. Mereka membuka lahan hanya untuk bertahan hidup. Persoalan timbul ketika para pengusaha dalam dan luar negeri datang untuk membuka lahan ratusan ribu bahkan jutaan hektar. Di atas kertas mereka berjanji pada dokumen Amdal akan membuka lahan dengan alat berat. Dalam krnyataan mereka hanya membuka 10 hingga 200 ha yang menggunakan alat berat. Setelah itu mereka akan meminta bantuan prnduduk setempat untuk membakar ribuan hektar dengan menggunakan api. Jadilah api tidak terkendali. Semua dibakarnya. Kebun dan hutan ikut terbakar. Itulah yang sering terjadi.

Ke depan hukum harus dijadikan panglima. Pembakar lahan dan hutan harus di "bakar" juga.  Beranikah kita? Kita di sini adalah rakyat dan pemerintah.

Jayalah negeriku. Jayalah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun