Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Membakar Lahan dan Hutan dengan Bijaksana

20 Agustus 2020   13:54 Diperbarui: 20 Agustus 2020   14:58 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada saat itu tidak ada kebakaran lahan dan hutan yang tidak terkendali seperti pada kejadian karhutla yang banyak terjadi di pedalaman pulau Kalimantan dan Sumatera. Seingat saya pembakaran lahan dan hutan oleh kakek atau ayah saya sangat terkendali.

Pada masanya saya juga pernah membakar lahan milik sendiri. Lahan yang mempunyai luasan 2 ha itu ditebas terlebih dahulu. Kami terlebih dahulu melakukan acara bersih-bersih pada lahan yang berbatasan dengan lahan milik tetangga. Gunanya untuk menghindarkan pembakaran tanpa kendali yang dapat menghanguskan kebun milik tetangga. Setelah siap, tukang kebun saya perintah untuk membakar lahan dengan hati-hati. Tugas saya adalah melaungkan azan pada sisi lahan milik tetangga. Selama 3,5 jam api membakar lahan yang ditebas dan ditebang terlebih dahulu. Tentu setelah kering. Alhamdulilah, api tidak mengganggu atau membakar lahan milik tetangga. 

Membakar lahan dan hutan dengan bijak

Sejak lama, orang desa membakar lahan dan hutan dengan bijak. Tentu luasannya terbatas. Tidak untuk memperkaya diri. Mereka membuka lahan hanya untuk bertahan hidup. Persoalan timbul ketika para pengusaha dalam dan luar negeri datang untuk membuka lahan ratusan ribu bahkan jutaan hektar. Di atas kertas mereka berjanji pada dokumen Amdal akan membuka lahan dengan alat berat. Dalam krnyataan mereka hanya membuka 10 hingga 200 ha yang menggunakan alat berat. Setelah itu mereka akan meminta bantuan prnduduk setempat untuk membakar ribuan hektar dengan menggunakan api. Jadilah api tidak terkendali. Semua dibakarnya. Kebun dan hutan ikut terbakar. Itulah yang sering terjadi.

Ke depan hukum harus dijadikan panglima. Pembakar lahan dan hutan harus di "bakar" juga.  Beranikah kita? Kita di sini adalah rakyat dan pemerintah.

Jayalah negeriku. Jayalah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun