Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sukseskah Kita Hidup di Dunia?

26 Juli 2020   04:43 Diperbarui: 26 Juli 2020   04:50 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismilah,

Hidup di dunia ini semuanya hanyalah relatif dan semu belaka. Kenapa relatif karena tidak ada yang mutlak. Kenapa semu karena Allah ciptakan manusia dengan ukuran tetapi ukuran itu sangat sering tidak difahami dengan baik bahkan sering dipalsukan. Tulisan ini mencoba mengajak merenung tentang indikator apa saja yang dapat dijadikan pedoman apakah kita hidup ini di dunia ini sukses.

Jika Harta sebagai indikator

Jika harta digunakan sebagai indikator sukses maka tidak akan adalagi orang sukses hidup di dunia ini karena hanya orang yang kaya sajalah orang sukses. Sayangnya orang kaya seperti Qorun atau qorun-qorun kecil termasuk orang gagal. Buktinya? qorun dimurkai oleh Allah swt dengan jalan dimasukkan ke dalam perut bumi.

Suatu hal yang umum terjadi bahwa orang jadi kaya akan meniru sifat qorun besar juga. Apa sifat qorun yang menyebabkan dia gagal di sisi Allah swt adalah karena dengan diberi Allah swt harta yang banyak dia sombong. Qorun diminta nabi Musa untuk membayar zakat tetapi dia menolak. Apa alasan qorun menolak? Karena dia bilang bahwa dia jadi kaya bukan karena anugerah Allah swt tetapi karena kerja kerasnya dan ilmumya.

Maka siapa saja di dunia ini jika sudah kaya akan bersifat sombong seperti qorun itu juga. Mereka, mungkin juga saya dan pembaca, mempunyai sifat sombong, tamak, enggan berbagi. Kalaupun berbagi akan bersifat riya' dan sering mengungkit-ungkit.

Jika Kuasa sebagai indikator

Manusia yang paling sukses di muka bumi ini jika kekuasaan sebagai indikator sukses adalah Fir'aun laknatullah. Tetapi dia gagal di sisi Allah swt. Kenapa? Karena meskipun lama ia berkuasa tidak cukup waktu  bagi untuk mengakui tuhan sebagai rabbnya. Dia bahkan menyombongkan diri dan mengaku sebagai tuhan semesta alam.

Sifat sombong karena berkuasa ini akan dimiliki oleh orang-orang yang diberi kekuasaan. Firaun melakukan apa saja untuk melanggengkan kekuasaannya. Dia diberi waktu oleh Allah untuk berkuasa 2/3 luas bumi ini selama 350 tahun. Setelah itu jasadnya diabadikan sampai kiamat sebagai orang yang dimurkai Allah. 

Sifat-sifat fir'aun ini akan dimiliki oleh orang-orang yang berkuasa di bumi manapun. Tidak heran jika sahabat nabi Salman Al-farisi berkata bahwa jabatan atau kekuasaan itu manis di pangkal atau pada permulaan tetapi pahit di ujung.  Banyak manusia jika sudah berkuasa enggan turun. Jika tahu dia turun maka dia akan usahakan agar istri, anak, menantu untuk berkuasa agar dia masih bisa merasakan kekuasaan itu sampai waktu lama. Pada hal melalui kekuasaan tidak ada jaminan orang jadi sukses. Karena sukses itu bukan dari lamanya berkuasa atau luasnya wilayah yang kita kuasai bahkan lamanya kita berkuasa.

Jika kepandaian sebagai indikator

Semua orang di dunia ini tertipu dengan pendidikan, iptek dan kepandaian sebagai indikator sukses dalam hidup. Tidak ada jaminan. Kenapa? Karena jika kepandaian atau karir dijadikan sebagai indikator sukses maka Hamman lah orang yang paling sukses. Karena dia berpendidikan, berilmu, berteknologi. Ternyata, orang berpendidikan akan punya sifat jelek yakni sombong, licik dsb. 

Hamman gagal di mata Allah swt karena dia juga tidak mau mentaati Allah swt karena sibuk mengurusi pembangunan, sibuk mengikuti perintah bosnya yakni Firaun yang menginginkan Hamman mengerjakan apa saja termasuk membangun bangunan pencangkar langit untuk mengintip tuhan yang disembah nabi Musa.

Hari ini kita akan mengikuti jejak Hamman jika berpendidikan, jika punya kedudukan, jika berkarir bagus. Tingkah laku kita akan menjadi beda-beda tipis dengan tingkah laku Hamman. Kerja keras tapi licik dan lalai.

Jika nabi dan rasul sebagai indikator sukses

Semua akan sukses jika mengikuti para nabi dan rasul. Nabi dan rasul mulai dari Adam as sampai nabi Muhammad saw semua sukses karena mentaati Allah swt dengan sungguh-sungguh dan sabar. Beruntunglah mereka yang punya sifat-sifat yang baik seperti taat, hidup berkat dan hati yang bersih.

Mereka itu selalu hidup bersyukur, selalu berzikir, selalu fikir akhirat, selalu sabar dan tawakal pada Allah. Mereka itu tidak mesti kaya, tidak mesti berkuasa, dan tidak mesti orang berpendidikan, tidak mesti punya karir, bisa saja orang tidak terkenal, bisa orang biasa. Allahlah yang tahu di mana mereka berada. 

Mari menangisi diri

Saya adalah termasuk orang yang gagal karena saya pernah berkuasa, pernah punya harta, punya pendidikan, punya karir, punya teknologi. Saya punya sifat-sifat yang dimiliki Firaun, Qorun dan Hamman itu. Saya banyak lalai. Saya banyak sombong. Saya sering sok kuasa, saya sering sok berilmu. Ampuni hamba ya rabb. Saya mohon padaMu agar Kau ampuni dosa-dosa hamba dan mohon Kau muliakan para pembaca tulisan ini.

Kalaupun kami tidak memenuhi syarat untuk Kau masukkan ke dalam surgaMu tapi kami yakin kami kami tidak akan sanggup berada di nerakaMu walau sesaat ya rabb hiks hiks.

Ya Allah hamba menyesal telah menyombongkan diri. Hamba menyesal karena sering lalai. Hamba menyesal karena menganggap rendah mereka yang papa, miskin dan hina. Hamba menyesal karena enggan membantu orang lain dengan kuasa, harta dan apa yang dipunya. Termasuk malas tersenyum kepada orang lain.

Wallahulam bishawab.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun