Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memanen Hujan Elakkan Banjir

22 Juli 2020   08:31 Diperbarui: 22 Juli 2020   08:36 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Saya selalu terenyuh jika ada musibah banjir  dialami oleh banyak masyarakat di Indonesia bahkan di dunia. Sebagai orang yang dididik dalam ilmu konservasi tanah dan air, saya selalu mengajak dan mengingatkan tentang upaya terpadu mencegah dan mengendalikan banjir yang bisa terjadi di daerah kita - di rumah dan di lahan milik kita. Tulisan ini memaparkan upaya terpadu dalam pengendalian banjir.

Kenapa banjir?

Banjir itu adalah kejadian alami yang terjadi karena ketidakmampuan suatu wilayah umtuk menampung air hujan di wilayah tersebut akibat terlampauinya "storage capacity" dari badan air, karakteristik tangkapan wilayah tersebut. Tentu saja ada yang ada dalam batas normal dan ada yang diluar batas normal.

Secara umum hujan yang jatuh pada suatu wilayah dengan luasan tertentu misal A adalah sebanyak I (mm/jam). Maka kubikasi jumlah air yang jatuh adalah I x A x t. (t adalah lamanya hujan jatuh dalam jam). Jumlah kubikasi air hujam yang menjadi air limpasan dipengaruhi oleh nilai CC atau "Catchment characteristic". Nilai CC ini dipengaruhi oleh kemiringan lereng (s) dan tekstur tanah serta penutupan lahan.

Perbandingam antara jenis penutup tanah dengan peraentase air hujan yang menjadi limpasan akibat berbedanya nilai CC itu adalah sebagai berikut. Pada lahan yang masih ditutupi hutan lebat atau hutan primer nilai runoffnya adalah 0,8 persen dari hujan yang jatuh. Pada hutan belukar nilai runoff meningkat menjadi 2,6 persen. Pada tanah yang ditanami rumput nilai runoff 1,5 peraen. Pada lahan yanh ditanam jagung nilai runoff 17,6 persen. Pada lahan yang gundul nilai runoff 49 persen. Sementara itu pada lahan yang diberi atap seng, dicor beton dan pada jalan aspal nilai runoff  mendekati 100 persen.

Angka-angka di atas semestinya harus jad8 perhatian para perencana, pegawai pemerintah, pengusaha dan masyarakat umum.  Bahwa banjir itu bisa dikendalikan, walau ada juga yang tidak.

Bagaimana mengendalikan banjir?

Langkah pertama adalah memahami bagaimana memprediksi runoff dari suatu wilayah.  Pertama, klik "ahnursupli" pada playstore. Kita akan dapat tampilan berikut. 

dokpri, aplikasi runoff prediction pada play store
dokpri, aplikasi runoff prediction pada play store
Setelah kita klik "runoff prediction". Dalam.aplikasi itu ada sejumlah pertanyaanbyang harus dijawab. Mulai dari apakah luas lahan anda lebih dari 300 ha? Jawabnya yes or no. Jika jawaban nya no dan setelah itu tekan submit. Maka program akan merespons dengan pertanyaan berikutnya. Berapa intensitas hujan, berapa nilai CC dan berapa luas area. Setelah submit. Program akan mempublikasi hasil. Selanjutnya ketika kita modifikasi nilai CC maka hasil kubikasi runoff akan berubah. Akan menjadi lebih kecil jika nilai CC kita ubah menjadi lebiu kecil. Di sini jelas bahwa perubahan nilai CC sangat penting dalam pengendalian banjir sampai pada tingkat tertentu.

Perlunya panen hujan

Panen hujan mesti dilakukan secara terpadu baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Baik di hulu sungai maupun di hilir sungai. Baik di lahan mapun di rumah. Baik di kota maupun di desa. Hasil penelitian penulis membuktikan bahwa panen hujan dari atap dan lahan dapat mengelakkan terjadinya pada areal seluas 1400 m2 padahal di areal itu selalu banjir setiap lima tahun, 10 tahun apalagi setiap 50 tahun. 

Pengendalian banjir di "rumah panen hujan" jika pembaca ingin mengetahui kondisi dan fakta di lapangan. Ketik di google "rumah panen hujan" akan ketemu alamat rumah tersebut. Umtuk keseluruhan lahan dan rumah jika terjadi "overflow" disiapkan kolam ikan yang menyediakan ruang kosong lebih dari 900 m3. Untuk air hujan yang jatuh dari atap ada ruang kosong berupa tangki air dengan kapasitas 12 m3. Di rumah bagian belakang ada ruang kosong berupa kolam renang dengan kapasitas 42 m3. Selanjutnya di halaman bagian kiri belakang disiapkan sumur resapan yang bisa menampung 3-4 m3. Pada halaman depan rumah ada halaman dengan pengkerasan menggunakan batu split atau batu pecah dengan luas 300 m2. 

Jika saja banyak penduduk di kota dan di desa baik yang disponsori oleh pemerintah dan perusahaan swasta dan perusahaan milik negara melakukan hal yang sama minimal melakukan panen hujan di rumah dan di lahan pertanian maka bahaya banjir bisa dikurangi sampai 50 persen. Jika seluruh lahan.perkebunan dan hutan tanaman induatri dilakukan hal yang sama maka bahaya banjir bisa dikurangi hingga 75 persen. 

Jayalah negeriku Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun