Bismillah,
Saya menangis tersedu ketika membaca artikel tentang seorang anak yang jengkel dengan ibunya yang "cerewet" kepadanya. Sebelum mengikuti wawancara untuk menjadi seorang manajer seorang sarjana bidang tertentu sempat berniat untuk menyewa rumah jika kelak dia diterima menjadi manajer pada sebuah perusahaan multinasional di kotanya. Tulisan ini mengulas tentang peran ibu dalam kehidupan penulis.Â
Siapalah saya tanpa ibu
Ibu saya kini sudah sepuh. Tapi masih gagah. Ia jarang sakit. Ayahku sudah meninggal 10 tahun yang lalu. Saat itu saya sedang bertugas di negeri jiran. Ibuku telah menjadi paling berjasa dalam hidupku. Walau ayah berjasa tapi jasa lebih lebih banyak. Jasa ibu lebih banyak 3 kali jasa ayah  itu menurut hadist nabi Muhammad saw. Dia yang mengajari saya bicara, berjalan, kasih sayang, perhatian, empati dan simpati.
Ibu mengajari bahasa apapun yang saya tahu. Ibu yang mengajari saya berhitung, bernyanyi dan apapun kepandaianku saat ini.
Ibu mengajari saya disiplin. Ibu mengajari saya untuk membuat prioritas dalam.hidup. Jangan dulu pakai celana panjang nak. Suatu hari dia verpesan. Kenapa bu? Karena kau akan cari pacar. .Nanti ajalah. Nanti kau tak sekolah.
Suatu hari ada tetangga yang menikah hari itu diundang ibu dan ayah ke rumah kami di kampung. Dalam bahasa kampung saya di Bengkulu disebut "pantauan". Pantauan itu dilakukan dalam rangka  menghibur trtangga juga mendoakan saya dan adik-adik sebagai naka mereka. Catanya bagaimana? Ibuku memberi saya sisa makanan penganten.
Kenapa bu ? Kelak kau akan dapat istri cantik seperti si fulan itu nak. Saya hanya menganggukkan kepala tanda setuju dan sedikit faham. Saya mengikuti saya saran ibu.
Suatu saat ibubmembawa ke pasar mingguan tepatnya di desa palak padang Seginim Bengkulu Selatam. Sepanjang jalan saya harus berhadapan dengan ocehan dan cemoohan dari anak-umur  seumur saya. Baru sadar bahwa ibu saya sedang menempah jiwa agar saya tidak takut kepada banyak audiens. Terbukti bahwa ibu memang paling banyak jasanya pada saya.
Memasak Ayam
Sewaktu pulang kampung jika liburan saya diberi tugas memasak di dapur. Saya sudah kuliaj di kota. Biasanya saya dapat tugas memasak lauk ayam. Nasi sudah dimasak oleh ibu. Giliran saya memasak gulai ayam. Dengan bumbu cukup dimasak pakai santan, saya memasak gulai ayam yang sedap menurut ibu, ayah, adik-adik saya kala itu. Pendek kata kalau Supli sedang pulabf maka dia yang berugas memasak. Kata ibu suatu hari. Ayam yang dimasak itu adalah ayam sendiri. Ayah rajim beternak ayam, bebek dan bahkan kerbau pun ada.
Memasak ayam untuk keluarga adalah pelajaran melayani. Melayani sepenuh hati ternyata sangat berguna bagi saya sebagai seorang dosen dannjuga pernah juga di pemerintahan. Melayani dengan sepenuh hati ternyata pas ketika saya mengajar di Malaysia beberapa tahun yang lalu.
Terpilih sebagai manajer
Dalam cerita sebelumnya seorang calon manejer sebuah perusahan besar diseleksi tanpa diwawancarai. Pelamar yang dipilih hanya dimonitor tingkah lakunya melalui CCTV. Calon manejer yang terpilih itu ternyata punya sifat peduli dengan keadaan. Ada air yang mengalir d8 jalan ke ruang wawancara. Karena dicereweti maka calon manejer itu disiplin, perhatian kepada sekelilingnya. Air yang tidak mati dia matikan. Lampu yang mubazir dia matikan.Â
Demikian kupasan tentang indahnya peran ibu pada hidup saya dan anda. Semoga Allah mengampuni dan menyayangi orangtua khususnya ibu kita semua. Jayalah negeriku..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H