Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Elegi Loper Koran di Era Pandemi

12 Juli 2020   06:37 Diperbarui: 12 Juli 2020   07:14 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah,

Selama pandemi ada banyak elegi atau cerita pendek tentang kehidupan anak manusia. Kita bersyukur kepada Allah karena dalam kehidupan ini banyak sisi lain yang kita belajar darinya. Elegi loper koran merupakan bahasan kita kali ini.

Siapa dia?

Anto, loper koran saya, yang istiqomah mengantar langganan saya setiap pagi ke rumah saya kecuali hari libur nasional. Anto ini sesuai namanya adalah pria (33) kelahiran Palembang yang ayah ibunya berasal dari Jawa Tengah tepatnya Kebumen. 

Ayah Anto juga seorang loper koran yang kini masih ia tekuni tetapi sudah membatasi jumlahnya sambil punya toko di rumah berjualan keperluan rumah tangga termasuk gas.

Anto menjadi loper koran saya sejak dua tahun terlakhir. Jika ketemu saya pagi hati biasanya saya ajak ngobrol sebentar. Kami biasanya ngobrol tentang banyak hal. Suatu hari saya tanya tentang kehidupan rumah tangganya dan lain lain.

Bagaimana penghasilanmu?

Anto dengan terus terang bahwa sebagai loper koran penghasilannya di bawah UMR. Di Palembang UMR itu sekitar Rp 2,9 juta. Ketika saya tanya apa penyebabnya. Fia menjelaskan bahwa orang berkurang membaca koran entah apa penyebabnya, dia berseloroh.

Lalu apa yang anto lalukan untuk menambah penghasilan?  Saya ngojek online, katanya. Berapa banyak kamu dapat dari ojol, saya tanya. Sebelum covid ini saya bisa dapat sekitar Rp 80 sampai 100 ribu, kata Anto. Tetapi sejak covid 19 ini penimpang saya sangat sedikit. Bisa-bisa hanaya 3 orang sehari. 

Tetap bersyukur

Anto tetap harus bersyukur. Dia bilang bahwa dia sudah beli rumah di daerah Mata merah Banyuasin. Rumah yang dia tempati sekarang sudah dia beli secara cicilan sejak 8 tahun yang lalu. Cicilan rumah Anto adalah Rp 677 ribu per bulan. 

Bagaimana saudaramu yang lain?

Anto bercerita bahwa kakak perempuan walau seorang sarjana pendidikan tetapi memilih berwirausaha yakni menjual pempek online. Menurut Anto kakaknya itu jual pempek di Pangkalan Balai tetapi melayani jual pempek secara online. 

Bukan saja untuk wilayah Pangkalan Balai tetapi juga wilayah lain di luar provinsi Sumatera Selatan. Dengan merek nama kakaknya sendiri yakni Eka Fajar Anto memberi nomor WA kakaknya jika saya atau orang laon ingin memesan pempek online. Rasanya tidak kalah dengan pempek Pak Raden, katanya berseloroh.

Pelajaran berharga

Loper koran saya ini memberi pelajaran berharga bahwa dalam hidup ini mesti tekun, mesti kreatif dan mesti dilandaskan keyakinan kepada tuhan. 

Anto mengajarkan sisi lain dari tanggungjawab keluarga baik ke atas, ke samping dan kepada sesama masyarakat. Dia mestinya jadi contoh bagi generasi muda bahwa hidup ini adalah sederhana dan mudah untuk dijalani asalkan mau menjalani hidup yang barokah. 

Hari ini banyak yang hidup dengan cara lebay. Terlalu banyak gaya. Akibatnya banyak kasus korupsi, narkoba dan lain-lain. Semoga kita dijauhkan dari sifat yang sedemikian. Jayalah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun