Bismillah,
Alhamdulillah, Allahumma shaliala muhammad.
Sejak tiga hari ini ada lima tukang yang kerja dengan saya di halaman rumah. Pekerjaannya sederhana yakni pasang keramik karena cone block yang lama tidak mendukung lagi jika mau berolah raga seperti tenis meja. Saya memang suka bertukar fikiran dengan para tukang. Mereka itu pekerja keras, cerdas dan ikhlas.
Jadi orang terkaya
Tukang-tukang yang bekerja di halaman rumah saya tiga hari ini ada 2 kategori. Ada yang memang tukang trampil, ada yang belum. Yang trampil namanya Teguh, Diar dan Muslim. Yang belum namanya Juli dan Thamrin. Â Tapi semua adalah pekerja keras. Mereka ini tidak mencari jumlah tapi mencari barokah.Â
Teguh tukang yang paling senior tapi berpenampilan mengayomi. Setelah saya cek mereka ini saudara karena pertalian darah dan perkawinan. Empat anggota grup itu menurut Teguh adalah mantu, keponakan dan kakak mantu Teguh.
Semua mereka sudah menikah dan punya anak dari dua hingga lima orang. Â Dua menikah muda sisanya menikah ketika sudah berumur.Â
Saya tanya mereka apakah mau jadi orang terkaya. Semua mereka terkejut dan antusias mendengarkan celotehan saya. Ini kita lakukan sewaktu hujan lebat. Saya mengajak mereka diskusi. Mau pak, kata mereka  bersamaan. Kita ini beruntung karena bisa menjadi orang paling kaya. Bagaimana rahasianya timpl mereka sambil penasaran. Saya bilang jangan aian bayangkan itu pasti materialistik.
Saya bilang bahwa orang yang paling kaya otu adakah mereka yang istiqomah (tak berhenti melaksanakan) shalat qabliyah (shalat sunat pajar atau solat qabliyah subuh). Kenapa saya bilang. "Karena nenurut nabi Muhammad saw bahwa mengerjakan shalat sunat fajar itu lebih afdhol dari dunia ini beserta isinya".
Nah, itu yang susah pak, kata mereka menimpali. Sedang enak-enak tidur waktu itu.Â
Jumlah tiang rumah
Pada kali yang lain saya bertanya berapa jumlah tiang yang kokoh. Mereka bilang banyak. Saya tanya bagaimana  jika rumah kita hanya tiga tiangnya? Mereka menjawab serentak bahwa itu rumah aneh pak dan tidak kokoh. Rumah itu juga tidak kuat kata mereka.
Nah begitulah rumah orang yang lalai dalam shalatnya. Kamu berapa Guh shalatmu? Hanya tiga katanya. Kamu dua. Kamu tiga. Mereka berdecak menyesali diri. Ya Allah benar sekali pak. Teguh dan mantunya bilang hanya dua waktu  pak. Nah saya bilang lebih lagi itu rumahmu.
Hidup hanya tiga hari
Seorang di antara mereka bertanya pada saya bagaimana tips agar tidak malas shalat? Saya bilang kita ini sama saja. Kenapa pak kata mereka? Saya bilang setiap hari adalah hari terakhir kita. Kok begitu kata mereka. Â Iya, karena menurut nabi Isa as manusia itu umurnya hanya 3 hari. Hari pertama, kemaren. Sudah berlalu. Hari kedua besok. Masih bwlum jelas. Insyaa Allah. Hari ketiga adalah hari ini. Sebelum shalat niatlah untuk wudhuk sembari anggota wudhuk yang banyak dosa. Muka, kepala, tangan, kaki dll. Dengan menganggap tiap hari adalah hari terakhir dalam hidup maka hati jadi lembut. Ketika shalat kita bisa menangis.Â
Demikianlah elegi saya berbincang dengannpara tukang yang mengasyikkan. Semoga semua menyadari kekeliruan kita selama ini bahwa dunia ini tidak boleh menipu kita. Kita tidak joleh lalai mengingat Allah walau apapun kondisi dan keadaan kita. Wallahualam bishawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H