Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Sejarah Selalu Berulang, Orang Kota Selera Kampung

6 Juni 2020   10:13 Diperbarui: 6 Juni 2020   10:46 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Saya hanyalah anak petani di sebuah desa bernama Lubuk Langkap atau Tanjung Baru kecamatan Air Nipis Bengkulu Selatan provinsi Bengkulu. Ayah saya, H A Rahim, adalah seorang petani kopi dan padi sawah. Baik di sawah maupun dikebun selalu ada sayuran yang ditanam atau tumbuh sendiri.  Sayuran itu ditanam pada lahan kebun kopi yang berukur 0-2 tahun. 

Lahan kopi itu dibuka pada hutan perawan yang dibuka oleh sejumlah petani yang berasal dari desa yang sama dan kebanyakan mereka itu bersaudara. Kebun ayah saya bersebelahan dengan kebun paman dan bibi serta keponakan beliau di bagian utara. Sementara di bagian selatan berbatasan dengan kebun kakak ipar ayah. Pada bagian sebelah tenggara berbatasan dengan kebun kakak sulung ibu saya.  Kebun ini selalu menjadi tempat berlibur, silakan baca di sini.

Sayuran yang tumbuh sendiri itu adalah jamur (tihau) gerigit.  Ada juga jamur kuping. Jika musim hujan, tihau tumbuh banyak pakai banget. Setelah dewasa saya baru memahami bahwa jenis jamur itu ternyata punya khasiat yang banyak untuk kesehatan tubuh manusia.

Mencari Ikan


Sementara itu menjelang tengah hari sewaktu ngaso sehabis kecapekan bekerja di kebun, saya dan kakek saya Merinsan mencari ikan dengan menjala di Air Nipis. Dapatlah ikan jelawat, mungkus dan udang atau terkadang ketam sungai.

Busy.org
Busy.org
Nasi dimasak, tak lupa menunaikan shalat zuhur. Tak lama setelah itu memasak lauk ikan segar ala chef "asal jadi tapi enak".  Selanjutnya maksi dengan lahapnya. Ini berlangsung sejak libur akhir catur wulan sejak SMP sampai kuliah. Waktu tamat kuliah seluruh keluarga atuk ajak semua ke kota. Jadilah keluarga kota tapi rasa atau selera kampung hehe.

Lintangdusunku
Lintangdusunku
Sejarah berulang
Kini sejarah berulang. Di halaman rumah kami ada pohon asem yang berbuah manis tumbang pada musim penghujan tahun lalu. Pemotongan pohon yang ditanam dari bibit yang saya bawa ketika ada kunjungan ke thailand selatan 10 tahun yang lalu tidak tuntas. Jadilah pohon itu terdampar di tanah di pinggir kolam ikan di depan rumah. Dari pohon itu tumbuh banyak jamur gerigit dan jamur kuping. 

Ada juga jamur lain yang bukan untuk dikonsumsi. Anak-anak dan istri saya kurang suka memakan jamur tersebut. Secara berkala saya  menyantap sayur jamur gerigit. Ternyata jauh lebih lezat dibanding sayur apapun. Dasar orang ndeso. 

Dari sini nampak jelas bahwa pangan itu banyak sekali jika kita sediakan media tumbuhnya. Saya mengajak para pembaca sekalian untuk membangun pertanian urban di jalaman rumah atau bahkan di atap rumah. 

Budidaya jamur tiram bisa dibuat dengan media tumbuh tatal kayu yang jumlahnya sangat banyak pada panglong kayu di banyak kota di seluruh Indonesia.  

Tidak ada alasan untuk kekurangan pangan jika berusaha sambil berdoa. Kalau berdoa saja tidak cukup dan kita mesti malu kepada Allah swt jika hanya menadahkan tangan tanpa ada usaha.

Palembang, 6.5.2020

Alfakir,

Supli Effendi Rahim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun