Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ternyata Berjualan Bisa Langsung kepada Allah

26 Mei 2020   17:58 Diperbarui: 26 Mei 2020   18:10 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bismillah,

Banyak hal dalam hidup ini yang kita tidak pernah akan mengerti jika hanya dengan ilmu pengetahuan maupun dengan teknologi. Pengetahuan dan teknologi manusia terbatas, karena keterbatasan mata, telinga, otak dan hati manusia.  Itulah yang disebut kebenaran relatif. Sementara kebenaran absolut hanya milik Allah swt. Tulisan ini membuktikan kebenaran relatif vs kebenaran absolut.

Petani yang "gundah"

Di Cipanas Cianjur jawa barat, ada seorang petani, sebut saja Fulan, mengurus lahan pertaniannya yang ditanami sayuran kangkung cabut, bayam, caisim, dan sawi putih selama berbulan bulan, menggarap lahan, menyemai bibit, dan memupuk serta merawat nya hingga panen. Banyak modal telah dia gelontorkan plus tenaga yang tak mungkin dihitung.

Waktu panen saat ramadhan menjelang lebaran ada dalam perencanaan ketika Fulan menanam, karena biasanya pengalaman tahun tahun sebelumnya sayuran dihargai lebih tinggi pada saat seperti itu.

Taqdir Allah atau Qadarullaah terjadi pandemi covid 19. Fulan resah, setiap hari mencari informasi tentang  perkembangan  kondisi, dan ternyata berhembus kabar bahwa pemerintah melakukan pencegahan penyebaran dengan melaksanakan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB. Fulan adalah salah satu suplier sayuran ke pasar induk di Jakarta. Ini berarti  bahwa tak akan ada lagi aktifitas jual beli kesana. 

Hati Fulan semakin gundah. Terbayang olehnya bahwa panen kali ini tak akan bisa di jual sesuai ekspektasinya. Dalam hati dia berdoa, "ya Allah bantu aku ya rabb". Walau demikian dia tetap merawat tanamannya dengan baik.

Tawaran Tengkulak


Tengkulak berkeliaran, menawarkan "solusi" membeli semua hasil panen namun dengan harga murah. Ini tidak biasa. Biasanya Fulan langsung membawa dagangannya ke Jakarta. Maklum moda transportasi banyak.

Salah satu tengkulak menemui Fulan.
" Kami cuma mau bantu aja, sebenarnya belum tau juga mau jual kemana, orang gak boleh kemana-mana, ya, itu sih terserah kalo mau (jual) silahkan, kalo gak mau ya gak apa-apa.. kita kasian aja. Sayuran gak dipanen kan sayang.." bujuk tengkulak menekan harga.

Fulan bimbang. Harga beli tengkulak gak masuk akal seandainya setara dengan modal pun sudah rugi tenaga dan waktu, apalagi ini dibawah modal, ruginya banyak, gumam Fulan.

Teman teman Fulan banyak juga yang akhirnya menjual ke tengkulak.

" Tuh si Acep juga jualnya ke saya, dari pada udah dipetik dibawa ke Jakarta di jalan nanti disuruh putar balik, rugi ongkos rugi tenaga mau dikemanain ntar sayurannya?" Ujar tengkulak kepada Fulan.

Fulan memilih bersabar.

"Nanti saya diskusi dulu sama orang rumah", Fulan berdiplomasi".

" Ya , terserah jangan lama lama ya, ntar keburu kehabisan duit saya sama yang lain". Tengkulak pakai jurus pamungkas.

"Ditunggu sampai seminggu sebelum lebaran aja pak siapa tau ada perubahan peraturan", nasihat istrinya.

Tiba sepekan sebelum hari raya, keadaan tak kunjung  membaik, harga sayur jungkir balik.

Betapa sedihnya Fulan.

Selepas shalat subuh, Fulan pergi ke kebun.
Sepanjang jalan Fulan terus bershalawat kepada Nabi Muhammad. Allahuma shaliala muhammad.
Tiba di kebun, Fulan melepaskan pandangan ke hamparan sayur yang subur, segar dan menghijau. Butiran airmata menetes membasahi pipinya, disentuhnya daun daun sawi itu lembut seraya, berdoa kepada Allah swt.

"Ya Allah, Engkau menjadi saksi hamba sudah maksimal ikhtiar, mohon berikan hamba ampunan dan rahmatMu. Jika sekiranya dosa- dosa hamba menjadi penghalang datangnya rezeki mu ampuni lah hambaMu ini ya Allaah. Berikanlah kami rahmatMu petunjuk agar kami tak salah langkah. Ya Allah, beri hamba kekuatan dan ketenangan menghadapi takdir ini. Hamba percaya tak ada yang sia-sia atas segala ciptaanMu." Doa Fulan pagi itu diantara hamparan kebun sayur miliknya.

Sesekali dia melirik handphone miliknya. Dilihatnya berita dari handphone, kabar tentang betapa banyak orang yang tak punya meski hanya untuk sekedar makan. Mereka tak mampu beli lauk atau sayur. Padahal biasanya mungkin merekalah konsumen petani selama ini.

Allah Menggerakkan Hati Fulan


Dan siapakah yang mampu menggerakkan hati, tangan dan langkah Fulan yang kemudian memiliki keyakinan untuk menjual semua sayuran itu hari itu. Iya, beliau menjual semua sayurnya bukan kepada manusia, melainkan kepada pemilik rezeki pencipta manusia. 

Di tutupnya portal berita seketika itu juga, dan dengan mantap ia berkata "Wahai Allaah aku akan jual semua sayuran ini kepadaMu, jika semua pasar tak mampu membeli dengan harga yang pantas. Aku yakin hanya Engkaulah yang sanggup membayar dengan harga terbaik. Akan aku panen semua sayuran ini dan aku akan antarkan pada mahlukMu yang membutuhkannya. 

Aku mohon ya Allaah terimalah amal kami." seru Fulan sambil berderai airmata.

Matahari belum terlalu tinggi.  Hari itu ramadhan hari ke 26, besok hari ke 27. Pada waktu dhuha Fulan mengantarkan satu gerobak penuh sayur ke pesantren disekitar tempat tinggalnya.

"Ambillah, semua sayuran ini sudah dibayar, saya hanya diminta mengantarkannya ke sini" jawab Fulan ketika ditanya berapa harga semua sayur tersebut.

Selanjutnya diantar ke RS, ke puskesmas, ke mesjid ,ke kampung pemulung, ke tetangga tetangga, yang mampu apalagi yang kurang mampu, ke rumah para assatidz ,sampai ke balai desa.

Menjelang magrib baru selesai prosesi kurir sayuran dikerjakan.

Selepas shalat magrib dan berbuka, badan Fulan terasa amat kelelahan, kakinya pegal, sakit semua. Namun entah bagaimana hatinya bahagia, tak ada sedih, tak ada khawatir,tak ada penyesalan atas "kekonyolan", yang ia kerjakan bersama keluarganya seharian itu.

Sore itu entah ratusan perut yang terisi dengan menu sayuran yang sehat, dan setiap pemilik perut tersebut berdoa dan bersyukur kepada Allaah. Doa mereka hampir sama "Semoga Allah , membalas kebaikan siapapun yang memberi sayuran ini dengan kebaikan dan keberkahan yang berlimpah".

Barangkali itulah asbab ketenangan jiwa yang dirasakan Fulan.

Tak ada serupiah pun yang Fulan bawa meski seluruh "dagangannya" habis terjual hari itu.

Hingga keesokan harinya tiba-tiba seseorang menghubungi Fulan via Whatsup, dari nomor yang tak ia kenal.

" Pak Fulan, saya Ahmad kita belum pernah jumpa tapi saya mendengar tentang bapak dari pak Syukur tadi siang. Katanya bapak panen sayur lalu dibagikan gratis ke warga, kalo boleh saya ingin menitipkan infaq kebetulan ini bulan Ramdhan.  Mungkin tak banyak, namun semoga bermanfaat untuk membeli benih dan pupuk agar bapak bisa tetap bertani setelah ini. Bisa saya minta nomor rekening bapak?". Demikian isi pesan di what's up yang diterima Fulan.

Teman-teman, jika ditaksir tengkulak swbwlumnya seluruh kebun  Fulan hanya dihargai 1,5 juta. Padahal modalnya 3.5 juta rupiah. Panen diharapkan pak Fulan paling tidak dia mendapat 5 juta rupiah.

Namun karena dijual langsung kepada Allah maka harganya diberi harga terbaik ...dibayar dua kali lipat yaitu mnjd  *Rp.10.000.000,-. Plus, masih ada harapan balasan pahala surga insya-allaah..

Pelajaran berharga dari kisah petani Fulan itu, sebenarnya kita semua  juga bisa memiliki peluang yang sama. Sungguh jual beli yang tak akan pernah menemukan kata rugi adalah berjual beli dengan Rabb kita Allah SWT.

Demikianlah kisah petani Fulan yang semoga menjadi pelajaran berharga bagi kita. Janganlah takut berjualan langsung kepada Allah SWT.  Selamat berbuka puasa syawal. Swmoga Allah swt selalu merahmati kita semua. Aamiin yra.

Palembang, 26.5.2020

Atau 3 Syawal 1441 H

Alfakir,

Supli Effendi Rahim

Modif dari WA kiriman bang haji Taufan 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun