Bismillah,Â
Mari selalu bersyukur apapun keadaan kita dengan mengucapkan Alhamdulillah. Dan mari selalu berselawat kepada nabi tanda kita mencintai rasululullah dengan mengucapkam selawat kepada nabi "Allahumma shaliala muhammad" . Tulisan ini mengungkapkan menceritakan tentang wisata bendungan Lubuk Langkap.
Enam tahun lalu
Suatu hari saya mendapat kesempatan untuk mengajak istri saya untuk Pulang kampung memenuhi undangan sepupu saya di kota Manna Bengku Selatan. Pulang kampung itu bukanlah hal yang menyenangkan bagi saya tetapi tidak dilakukan menyisakan rasa rindu yang mendalam.
Tidak mengenakkan karena saya tidak bisa berjalan jauh menjadi penumpang mobil atau bis. Saya pemabuk. Tapi kalau jadi sopir khawatir ngantuk. Kalau naik pesawat bisa tahan berapapun jauhnya. Namun kali ini saya mencoba dengan cara lain yakni meminjam kendaraan milik adik di Bengkulu.
Sesampai di Bengkulu kami meluncur ke Manna. Di sana kami sudah ditunggu pihak keluarga pada acara walimatul urusy anak sepupu yang terakhir. Â Pada saat tulisan dirangkai abang sepupu itu sudah meninggal sekitar 2 tahun yang lalu.
Pergi ke Lubuk Langkap
Pergi ke desa ini kami diantar sahabat lama kami sewaktu belajar d SMAN 1 Bengkulu Selatan Achmad Saputro dan Istrinya Yen. Lo dan Yen dengan serta menemani kami ke dusun Lubuk Langkap dengan mobil innva mereka. Kala itu Lo masih menjabat Asisten 1 di pemkab Bengku Selatan dan tahun berukutnya menjad Sekda. Lo dan Yen juga mentraktir kami makan nasi lauk ikan pelus di pinggir Air Ndelengo, yang berlokasi di jalan menurun sebelum jembatan Muara Pemulutan, desa pertama memasuki kecamatan Seginim Bengkulu Selatan.
Perjalanan menuju Lubuk Langkap itu mengungatkan sejarah keluarga kami. Rumah kami persis berada di pinggir areal bendungan uang dibebaskan untuk pembangunannya. Sejak tamat kuliah walau masih susah saya berani mengajak ayah, ibu, kakek dan adik-adik semua pindah ke kota Palembang, 500 km sebelah utara dusun Lubuk Langkap. Kepindahan ini terinspirasi dari kepindahan keluarga mertua yang sukses pindah dari Sekayu ke Palembang.Â
Perjalanan nostalgia