Bismillah,
Mari selalu bersyukur kepada pemilik alam semesta dengan selalu mengucapkan "alhamdulillahirrabi 'alamiin". Mari selalu berkirim salam dan selawat kepada nabi Muhammad demgan melafazkan "Allahumma shaliala Muhammad". Â Semoga Allah selalu melindungi dan menyayangi kita semua.
Tulisan ini adalah ungkapan haru dan rangkaian doa kepada para dokter dan para medis yang hampir setiap hari meninggal sewaktu menjalankan tugas di garda terdepan pengawalan covid 19 di RS dan tempat isolasi pasien.
Gambaran Siapa para dokter?
Semua dokter adalah lulusan perguruan tinggi negeri maupun swasta tepatnya dari jurusan pendidikan kedokteran umum atau kedokteran gigi. Sebelum jadi dokter mereka menempuh pendidikan Sarjana Kedokteran (SKed) atau sarjana kedokteran gigi (SKG). S.Ked atau SKG ini ditempuh antara 3,5 sampai 5 tahun. Setelah itu mereka menjalani pendidikan dokter muda atau biasa disebut ko-as. Ko-as itu dijalani antara 2 dampai 4 tahun.Â
Para dokter ini termasuk kelompok siswa SMU yang punya rangking baik sampai sangat baik. Kebanyakan termasuk 10 hinnga 5 besar di kelas mereka. Basis bahasa Inggris mereka bagus. Demikian juga nilai pelajaran IPA mereka bagus.
Kebanyakan para dokter terlahir dari keluarga "the have" walaupun ada juga dari golongan rakyat jelata jika mereka mempetoleh beasiswa. Tapi persentasenya kecil. Pendidikan dokter dididik belajar keras, belajar cerdas dan belajar ikhlas. Saya punya anak, keponakan, ipar dan mahasiswa magister kesmas yang memperoleh pendidikan dokter.
Para Dokter Disumpah
Semua dokter  dan paramedis disumpah setelah tamat pendidikan. Disumpah di bawah kitab suci.  Yang islam di bawah alquran. Dengan sumpah ini mereka sangat loyal dengan profesi mereka, sangat loyal dengan institusi mereka tetapi mereka sering "tidak loyal" dengan mereka sendiri. Â
Saya paham sekali kesusahan mereka, kesulitan mereka, kerja keras mereka dan bahkan keadaan mereka. Â Mulai dari sedang menjalani pendidikan sampai waktu mereka melayani pasien.
Di Inggris saya menyaksikan pengabdian dokter adalah 24 jam. Jika kita panggil kapan saja mereka datang. Mereka menganut sistem "family doctors" yang bertugas berdasarkan shift. Suatu waktu saya call tengah malam karena ada anak sakit. Mereka datang dengan cinta. Gak mau dikasih duit.Â
Bertugas memeriksa pasien Covid 19
Ketika ada pasien dalam pengawasan (PDP), orang dalam pengawasan (OPD) jumlahnya banyak, para dokter mesti bekerja ekstra keras. Dengan OPD terbatas, makan minum terbatas, istirahat kurang, maka para dokter dan para medis berada dalam risiko tinggi. Di sinilah pemimpin harus bijak mengawasi dan menyayangi mereka.
Insentif mereka perlu diperhatikan, tempat tinggal mereka, gizi, istirahat, APD mencukupi. Saya dapat bocoran dan informasi dari berbagai sumber yang menyedihkan.Â
Ternyata para dokter luput dari perhatian para pihak. Kita sering terlambat memperhatikan mereka. Ibarat perang- personil kurang, insentif kurang, APD tak memadai, istirahat kurang, lupa minum, lupa makan. Agak mirip demgan kondisi para sopir jarak jauh yang mengendarai kendaraan saratan muatan tapi tak ada tempat rest area. Tak ada makanan, tak ada minuman. Mereka lupa dengan kesehatan mereka sendiri.
Pada kondisi inilah merekapun perlu dirawat karena kemungkinan besar mereka tertular virus dan imun mereka berada pada totik terendah.
Saya dengan rasa dukacita yang dalam ingin selalu mendoakan para dokter dan paramedis yang meninggal , semoga mereka tenang di alam kubur. Dan semoga para dokter dan paramedis yang sedang berjuang di medan juang selalu diberi kesehatan oleh Allah swt.Â
Aamiin yra
Palembang, 01.04.2020
Alfakir,
Supli Effendi Rahim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H