Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjuangan Tanpa Henti Melawan Keburukan

7 Maret 2020   06:26 Diperbarui: 7 Maret 2020   06:56 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Sejak dunia diciptakan bahan dasarnya adalah kebaikan dan keburukan. Semua pada dasarnya baik. Tetapi kebaikan itu akan digerogoti keburukan. Keburukan itu dilambangkan oleh penyusutan, penurunan kualitas, kerusakan. Setelah manusia diturunkan ke bumi maka kerusakan di bumi akan terus terjadi karena manusia dapat menjadi agen kebaikan dan pada sisi lain sebagai agen keburukan.

Malaikat adalah agen kebaikan. Manusia shaleh juga agen kebaikan. Manusia yang penuh dosa juga menjadi agen keburukan bagi bumi yang hari kehari bertambah penduduknya dari kalangam agen keburukan. Namun demikian pertambahan manusia shaleh sebagai agen kebaikan tetap terjadi.

Tersistem

Yang patut dipahami bersama adalah keburukan yang tersistem mampu mengalahkan kebaikan yang tidak tersistem. Sejarah sudah mencatat bahwa iblis dan pasukannya selalu membentuk kelompok yang terus menerus berupaya membujuk manusia untuk mengikuti jejak mereka menyembah selain Allah. Mereka selalu berusaha untuk menyesatkan manusia.

Semasa nabi Ibrahim as kaumnya termasuk ayahnya menyembah berhala. Semasa Firaun manusia diajak untuk menuhankan Firaun. Semasa nabi Ayub as Iblis as meminta Allah untuk menguji iman nabi Ayub. Menurut Iblis, nabi Ayub as itu mentaati Allah karena hartanya banyak, anaknya baik dan banyak serta karena dia selalu sehat.

Allah swt mengizinkan iblis laknatullah bereksperimen apakah benar nabi Ayub mentaati Allah karena hartanya? Maka harta nabi Ayub dimusnakan oleh iblis dengan izin Allah. Ternyata kehilangan harta tidak membuat nabi Ayub tidak mentaati Allah. Gagallah iblis. 

Berikutnya iblis minta izin kepada Allah untuk menguji nabi Ayub apakah dia mentaati Allah karena anak-istrinya? Maka dijauhkanlah jstri dan anak-anaknya. Sebagian riwayat menyataka  bahwa dimatikan anak-anaknya. Ternyata nabi Ayub masih terus mentaati Allah tanpa anak istrinya.

Terakhir nabi Ayub diuji apakah dia mentaati Allah karena kesehatannya. Dengan izin Allah iblis menaburkan semua bibit ke tubuh Ayub as. Lalu sakitlah nabi Ayub, sakit kulit yang menjijikkan. Tapi itu semua tidak menghalangi nabi Ayub untuk mentaati Allah.

Setelah itu Iblis menyerah dan Allah mengembalikan anak istri, harta dan kesehatan nabi Ayub as. Di sini terlihat jelas bahwa keburukan itu akan terus menyerang kebaikan..Keburukan yang tersistem pun akan terus menyerang kebaikan. Tinggal lagi kita manusia harus berfikir untuk memilih yang mana. Menjadi agen kebaikan atau agen keburukankah?

Kebaikan untuk surga

Sebenarnya Allab sudah menjanjikan kebaikan itu untuk surga. Tidak akan sia sia orang orang yang berbuat kebaikan, karena Allah sudah janjikan surga. Mungkin di dunia ini kebaikan belum dibalas secara maksimal. Ada yang mengatakan bahwa balasan kebaikan baru akan diberikan 1 persen dari balasan yang semestinya. Demikian juga dengan keburulan. Balasan keburukan baru akan disempurnakan setelah di nerakanya Allah swt. 

Maka seberapa susah kita di dunia ini untuk memperjuangkan kebaikan, bertahanlah karena balasan kebaikan akan luar biasa di akhirat.  Persekot balasan terhadap kebaikan tetap akan diberikan di dunia atau di alam kuhur. Sebaliknya jika kalian mau berbuat keburukan teruskan jika kalian tahan dan mampu menerima balasannya. Azab kubur tidak perlu diragukan lagi. Itu baru persekot. Di akhirat balasan terhadap keburukan jauh lebih dahsyat dibandingkan dengan balasannya di dalam kubur atau di dunia ini.

Wallahualam bishawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun