Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahaya Lisan Jika Tak Terjaga

28 Januari 2020   06:03 Diperbarui: 28 Januari 2020   06:16 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah, Alhamdulillah, Allahumma shaliala Muhammad.

Ada dua benda penting dalam kehidupan manusia. Jika baik digunakan maka akan menghantarkan pemiliknya ke surga. Tetapi jika salah guna akan menghantarkan pemiliknya ke neraka. Apa dua benda itu? Itulah benda yang terletak di antara dua rahang dan benda yang terletak di antara dua paha. Tulisan ini fokus untuk menguraikan benda rahang Hita yakni lidah, lisan kita.

Berbahagialah orang yang suka menggunakan lisan untuk bersyukur, beristighfar, untuk berzikir, untuk berdakwah, untuk berkata kata yang baik, untuk mengajar, untuk memberi nasehat dan untuk.menunjukkan empati dan simpati kepada orang lain.

Lisan seperti ini sesungguhnya akan membawa kedamaian kepada orang lain di sekitarnya. Tetapi sebaliknya ada lisan yang digunakan untuk mencela, menghakimi orang lain, mengumpat orang lain, melakukan ghibah, untuk berbohong, untuk berjanji tapi tak ditepati. Maka lisan seperti ini berbahaya. Lisan seperti ini membawa ketidak tenteraman sekitarnya. Bahkan bisa merusak tatanan kehidupan yang lebih luas.

Dampak Yang Tidak Ringan

Suatu kisah dapat memberi pelajaran untuk kita renungi bersama. Seorang yang rajin ke mesjid membuat ke salaham di sebuah mesjid. Kesalahananya adalah lupa mematikan mode hp menjadi silent. Takmir memarahinya, jemaah lain datang memarahi. Belum lagi dalam perjalanan pulang istrinya juga ikut memarahi yang bersangkutan. Sejak itu yang bersangkutan mogok ke mesjid. Fatal kan akibatnya. 

Setelah itu dia diajak orang ke cafe. Kebetulan dia masih galau dan masih ada dampak dari kena marah di mesjid. Di cafe tanpa sengaja dia menumpahkan air minum. Tapi petugas cafe tidak memarahinya dan berkata bahwa biasa pak. Semua orang berbuat salah dan mesti difahami semua. Sejak itu dia rajin nongkrong di cafe.

Pelajaran berharga

Dari kisah di atas dapat kita ambil pelajaran berharga untuk kita renungkan bersama. Pertama, jangan mudah menghamili orang lain walaupun orang itu salah. Menegur orang mesti dengan bijak. Gunakan kata kata yang menyejukkan hati bukan sebaliknya membuat orang resah. Gunakan kata kata yang tidak menghakimi. 

Kedua, kita mesti punya prinsip yang kokoh. Walau dimarahi orang di mesjid tetaplah berbaik sangka. Saya akan tetap ke mesjid walau dimarahi orang karena kelupaaan mematikan hp. Namun demikian ke depan mesti bijaksana dalam melangkah atau bertindak. 

Ketiga, walau orang baik di tempat yang tidak baik tetaplah jangan sering datang ke sana. Karena lingkungan kita akan berdampak kepada kita. Hijrah ke tempat yang baik dari tempat yang tidak baik mesti kita lakukan. Karena itu juga tuntunan agama kita. 

Semoga bermanfaat 

Wassalamu'alaikum. We wb.

Alfakir

Supli Effendi Rahim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun