Berbuat baik kepada syaithan itu antara lain dalam makan kita banyak menyisakan makanan, dalam memenuhi keperluan hidup kita banyak mubasir misalnya pakaian terlalu banyak, perabot terlalu banyak, harta terlalu banyak tanpa digunakan. Ini semua adalah perilaku mubazir. Sedangka. Mubazir adalah saudara syaithan.
Ketiga, semua nikmat adalah perjanjian kepada Allah. Nikmat-nikmat itu mesti dipertanggungjawabkan. Nikmat diberi mata mesti digunakan untuk melihat kebaikan, untuk memandang dengan baik dan memilih jalan kebaikan. Nikmat telinga mesti disyukuri sebagai fasilitas unuk mendengarkan kebenaran maupun berbagi kebaikan.
Nikmat harta, nikmat ilmu, nikmat berkeluarga, nikmat jabatan dan nikmat makan dan minum semua mesti dipertanggungjawabkan kepada Allah. Semua itu mestinya digunakan untuk mengenalkan Allah, mengajak taat padaNya, tidak berbuat kerusakan di muka bumi, tidak zalim kepada sesama dan tidak zalim kepada ciptaan Allah yang lain.
Keempat, menepati janji ketika kita berdoa kepada Allah. Kita manusia sering berjanji dengan lisan kita dalam doa dan rintihan kita yang terucap. Kita akan begitu dan akan begini jika doa kita dikabulkan. Itu semua akan baik jika ditepati. Tetapi jika tidak ditepati maka akan menjadi hal yang buruk kepada kita di kemudian hari.
Baca juga : Rekonstruksi Materi Pendidikan Antikorupsi dengan Hukum Islam di Indonesia
Kelima, janji mengikuti fitrah yang mengajak kepada kebenaran dan kebaikan. Allah SWT dalam Alquran surat al-Ghasyiyah ayat 21 menjelaskan kepada kita bahwa fitrah manusia itu adalah mengajak kepada kebenaran dan kebaikan. Jika kita hadir di bumi ini tidak mengajak kepada kebaikan dan kebenaran maka berarti kita mengingkari janji kita kepada Allah.Â
Dari uraian di atas sangat jelas sekali untuk kita renungi bersama bahwa manusia mestinya menepati janji janji mereka kepada sang pencipta. Janji kita sejak diciptakan di alam ruh sangat jelas bahwa kita akan mentaati Rabb kita, pencipta kita.
Tetapi setelah turun ke bumi dan hidup sebagai manusia kita menuhankan syaitan, menuhankan nafsu kita. Ini adalah pelanggaran janji janji kita kepada Allah.
Diberi nikmat yang beemacam-macam semestinya menjadikan kita sadar bahwa itu semua adalah perjanjian kepada Allah yang mesti ditepati, dipatuhi.
Bagaimana jika kita sendiri pernah berjanji atau sering berjanji untuk melakukan sesuatu kemudian diingkari oleh teman, keluarga atau siapa saja sesama manusia tentu tidak enak jika tidak saling menepailti janji. Apalagi janji kepada Allah, pencipta kita, pemberi rezeki kita.
Jika kita menepati semua janji janji kita kepada Allah maka Allah pasti dan pasti akan menepati janjiNya kepada kita. Selama di dunia ini saja jika kita menepati janji janji kita kepada Allah maka Dia akan menepati janji janji Nya kepada kita. Di antara janji janji Allah yang akan Dia tepati kepada kita yang menepati janji adalah: