Bismillah, Alhamdulillah, Allahumma shaliala Muhammad.
Sadar lingkungan dan sayang lingkungan mesti dimiliki oleh seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Dari kota sampai ke desa. Dari gunung sampai ke laut. Dari orangtua sampai ke anak kecil. Dari orang kaya sampai ke orang miskin.
Tidak mudah menjadi sadar lingkungan dan apalagi untuk menjadi sadar lingkungan. Mengapa? Sebab kesadaran itu adalah manifestasi dari kondisi hati manusia. Hati manusia tergantung kepada petunjuk Tuhannya, tergantung kepada pengalaman hidupnya, tergantung kepada pendidikan yang diperoleh, tergantung kepada lingkungan yang menempahnya.
Hati yang ada sadar lingkungan terbentuk dalam waktu yang lama, terbentuk dari rumah, terbentuk dari sekolah, terbentuk dari sistem masyarakatnya. Apakah rumahnya mengajarkan sadar lingkungan dan sayang lingkungan atau tidak? Demikian juga sekolah dan sistem masyarakatnya.Â
Sadar lingkungan semestinya dimulai dari rumah. Kesadaran itu dibentuk dan terbentuk dari rumah baik sewaktu anak itu kecil maupun sewaktu mereka menginjak dewasa. Menanamkan sadar lingkungan mesti ditanamkan melalui pembinaan pemikiran mereka, pemahaman mereka dan pembangunan kesadaran mereka.
Anak mesti diberi penyadaran melalui komunikasi efektif dan diberi teladan oleh orangtua mereka. Apa untung ruginya jika kita menjaga, memelihara dan menyayangi lingkungan. Lingkungan yang rapi, indah dan beraih akan menjadikan kita sehat dan bahagia.
Selain komunikasi efektif, anak perlu diberi contoh bagaimana membuang sampah pada tempatnya, tidak membuang sampah sembarangan, tidak buang air kecil apalagi BAB secara sembarangan. Anak perlu contoh bagaimana menyayangi lingkungan..menyayangi tanaman, menyayangi satwa, merawat got, mera at kolam, merawat halaman dan sebagainya.
Budaya sadar lingkungan dan sayang lingkungan tidak mudah dan perlu waktu yang lama. Di dunia dua negara yang punya lingkungan yang bersih indah dan cantik ada di Singapore dan Swiss.  Budaya orang Singapore tak sama dengan budaya orang Swiss.
Orang Swiss sudah menyayangi lingkungan mereka karena kesadaran yang sudah mengakar dalam setiap diri individu dan masyarakatnya secara menyeluruh. Budaya ini sudah tertanam ratusan bahkan ribuan tahun.
Beda Swiss beda Singapore. Di Singapore masyarakat menyayangi lingkungan belum sepenuhnya karena kesadaran. Mengapa? Karena negara itu menerapka. Denda. Siapa yang mengotori lingkungan baik hanya membuang sampah sembarangan atau berludah sembarangan didenda  $ 500.  Apa buktinya belum jadi budaya? Buktinya waktu mereka jalan ke Batam mereka juga berludah dan buang sampah sembarangan.
Para penggiat jaga, sadar dan sayang lingkungan mesti dididik agar bersifat proaktif bukan reaktif. Proaktif artinya aktif sebelum terjadi kerusakan dan pencemaran lingkungan. Penggiat itu mesti diperankan oleh semua penduduk, dari penguasa hingga rakyat jelata. Dari orang kampung sampai orang kota, dari orang kaya sampai orang miskin. Dari orangtua sampai anak kecil.
Para penggiat jaga, sadar dan sayang lingkungan mesti dilakukan dengan manajamen proaktif. Permasalahan para penggiat jaga, sadar dan sayang lingkungan mesti diatasi dengan siklus pemecahan masalah (problem solving cycle). Permasalahan itu dikelola dengan skala prioritas.Â
Pengelolaan dalam upaya mewujudkan orang-orang yang sadar lingkungan dan sayang lingkungan  dilaksanakan terus menerus. Dimulai dari sekarang, dimulai dari yang kecil dan dimulai dari kita sendiri.
Selamat dan jayalah rumahku, kampungku, kotaku, dan negeriku, Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H