Bismillah, Alhamdulillah, Allahummashaliala Muhammad.
Kesehatan lingkungan atau enviromental health merupakan suatu disiplin ilmu dan seni mengelola lingkungan dalam upaya mewujudkan kondisi lingkungan yang sehat, bersih, nyaman dan sehat. Tulisan ini mencoba memaparkan tentang sejumlah permasalahan dalam pengelolaan kesehatan lingkungan.
Menurut WHO (World health organization), kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologis yang harus tercipta di antara manusia dengan lingkungannya agar dapat menjamin keadaan sehat optimal manusia.Â
Di antara 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut WHO Â ada sejumlah aspek yang belum terkelola dengan baik di banyak wilayah tanah air. Pertama, penyediaan sumber air minum. Kedua, pengelolaan air buangan. Ketiga, pembuangan sampah padat. Keempat, pengendalian vektor. Kelima, pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah. Keenam, hygiene makanan. Ketujuh, pengendalian pencemaran udara. Kedelapan, kesehatan kerja. Kesembilan, pengendalian kebisingan. Kesepuluh perumahan. Kesebelas, perencanaan daerah dan perkotaan. Keduabelas, pencegahan kecelakaan. Ketigabelas, rekreasi umum dan pariwisata.Â
Permasalahan kesehatan lingkungan yang banyak muncul dan jauh dari tuntas dalam penanganannya adalah pada kawasan kumuh dan padat penduduk. Ini terjadi tidak saja di perkotaan tetapi juga di wilayah pedesaan.
Sejumlah mahasiswa dan dosen kami di Pascasarjana kesehatan masyarakat STIK Bina Husada kami tugaskan untuk meneliti permasalahan kesehatan lingkungan di sejumlah daerah.  Pada awal tahun 2019 Tri Ayu Lestari dkk meneliti persoalan implementasi kebijakan Sanitasi berbasis Masyarakat dan buang air besar sembarangan.Â
Tri Ayu Lestari dkk menemukan bahwa sanitasi berbasis masyarakat di sebuah desa di Musi Rawas Utara belum diterapkan dengan baik karena rendahnya komitmen para pihak terkait, kurangnya komunikasi dengan masyarakat, sikap para implementator yang perlu diubah. Dari penelitian Tri Ayu ini juga diketahui bahwa program yang diharapkan dapat merubah prilaku penduduk terhadap lingkungan yang sehat masih perlu waktu untuk berhasil dengan baik.
Mahasiswa lain yang meneliti permasalahan kesehatan lingkungan adalah Citya Fatma dkk dan Devi Oktaviani dkk. Kedua kelompok peneliti ini meneliti penerapan implementasi hygiene sanitasi di sejumlah rumah makan di kota Lahat. Kedua kelompok peneliti ini menemukan kenyataan bahwa kebijakan sanitasi hygiene belum seutuhnya diterapkan di rumah makan di lahat.Â
Citta dkk menemukan bahwa adanya E coli pada air minum di sejumlah rumah makan di Lahat sebagai konsekuensi logis dari belum diterapkannya permeskes yang mengatur sanitasi hygiene pada rumah makan. Citya dkk menemukan bahwa kurangnya fasilitas sanitasi, sikap penjamah makanan dan penyimpanan air merupakan faktor dominan penyebab ditemukan mikroba dalam air minum.Â
Devi Oktaviani dkk menemukan adanya e coli pada makanan sebagai konsekuensi dari belum diterapkannya Permenkes tentang sanitasi hygiene dan rendahnya mutu air bersih.Â
Aspek kesehatan lingkungan yang tidak luput dari para peneliti kami adalah hubungan kriteria rumah sehat dan ISPA pada bayi di Puskesmas Talang Betutu Palembang. Kelompok peneliti ini adalah Sri Martini dkk. Sri dkk menemukan bahwa dari 30 bayi yang diteliti ada 16 yang mengalami ISPA akibat dari rendahnya pencahayaan, debu, kurangnya ventilasi, asap rokok dan kepadatan hunian. Ini semua menggambarkan bahwa rumah yang didiami para bayi yang terjangkit ISPA itu tergolong tidak sehat.
Peneliti lain adalah Ayu Permatasari dkk. Mereka menemukan kenyataan bahwa sedikitnya penduduk Pulau Panas Tanjung Sakti Lahat yang menggunakan WC yang sudah dibangun karena sikap dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air di sungai dan pegawai kesehatan setempat yang kurang memberikan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan jamban keluarga.
Yunita Eliyani dkk meneliti kejadian stuntung pada anak Sekolah Dasar di kelurahan 24 Ilir Palembang. Kejadian stunting timbul karena buruknya sanitasi lingkungan.
Nora Wahyuni dkk juga meneliti sanitasi lingkungan dan personal hygiene yang mempengaruhi infeksi cacing pada anak pra sekolah di Keramasan Palembang. Peneliti ini menyimpulkan bahwa penggunaan alas kaki dan pemberian obat cacing dapat secara nyata menekan kejadian infeksi cacing.Â
Kepatuhan ibu terhadap program imunisasi pada anak-anak di bawah 5 tahun diteliti oleh Lismasari Handayani dkk. Â Faktor-faktor penting terungkap yang mempengaruhi kepatuhan ibu terhadap imunisasi adalah pengetahuan ibu, pekerjaan ibu dan peran pegawai kesehatan.
Dari sejumlah aspek kesehatan lingkungan yang diteliti oleh kelompok peneliti di ppskm Bina Husada Palembang masih meninggalkan banyak lubang yang masih terngagah dan perlu difikirkan pada yang akan datang.
Pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan masih jauh dari sempurna dan tuntas. Penataan ruang daerah perkotaan dan pedesaan yang kumuh perlu dicarikan jalan keluar yang bijaksana. Kumuh sama dengan tidak sehat mestinya harus diperangi sampai tuntas.
Pembuangan air limbah pada daerah pemukiman masih jauh dari tertangani dengan baik. Â Apalagi pada daerah kumuh. Prilaku buang sampah sembarangan dan buang air sembarangan masih perlu diteliti, dicarikan alternatif yang memadai supaya tidak berlarurt-larut.Â
Pendek kata masih banyak tugas semua pihak yang berkaitan dengan pengelolaan kesehatan lingkungan ini. Kesubungguhan dan kesabaran semua pihak yang terkait selalu didambakan demi terwujudnya lingkungan yang sehat di manapun berada.Â
Semoga maju dan jayalah negeriku, Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H