Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemimpin Ideal Itu Hidup Sederhana

4 November 2019   02:23 Diperbarui: 4 November 2019   02:38 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya menyampaikan materi mata kuliah kepemimpinan dan berfikir sistem kepada para mahasiswa di Magister Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada Palembang. Kemudian menyampaikan materi Mata kuliah Kewirausahaan. 

Dua mata kuliah ini nampak saling mendukung satu sama lain tetapi ada juga sisi kontra produktif satu dengan yang lainnya. 

Mengapa saling mendukung? Mengapa kontra produktif. Saling mendukung karena di dalam mata kuliah kepemimpinan, seorang pemimpin ideal itu mesti ada iman dan taqwa, kerja keras, disiplin, adil, peduli, siap membantu, tabah dan tekun, sederhana, bersahabat dan siap membantu. 

Dalam mata kuliah Kewirausahaan, mahasiswa diajak untuk mengubah mindset (pola) fikir dari memperoleh dengan bekerja menjadi memperoleh uang dengan menciptakan lapangan kerja.  Kualitas pemimpin ideal sangat diperlukan dalam berwira usaha. 

Tetapi sebentar.  Saya ingat Ir Sutami sebagai menteri Pekerjaan umum di dua zaman presiden Soekarno dan Soeharto.  Saya mendapat rekaman digitalnya bahwa dia adalah menteri termiskin di dunia. Padahal di tangannya terletak pengawasan proyek-proyek mercusuar yang anggarannya sangat banyak.

Sebut saja pembangunan gedung olahraga Bung Karno di Senayan, Monumen Nasional dan lain-lain. Menteri Ir Sutami tetap saja miskin. Mengapa? Karena dia takut dengan hisab di dunia dan akhirat.

Beda dengan zaman now. Menteri-menteri diberi mobil mewah, gaji besar, rumah dinas, dan biaya operasional yang besar, walaupun belum bekerja, walaupun negara diambang krisis keuangan.

Kepada mahasiswa saya mengajak untuk memakai mobil yang paling murah sekalipun. Tapi mereka malahan jadi tertawa dan saling ledek satu dengan lainnya. 

Bertemu dengan beberapa pemimpin Dee

Sekali ini saya mengerti karena faktor lingkungan sudah "memaksa" mereka hidup mewah. Dalam kesempatan membuat 10 mimpi dan hobby, 70 lebih mahasiswa MKM hari itu dan berlainan kelas ingin berumah besar, mobil besar, punya tabungan banyak dan sebagainya. 

Saya tidak menafikan keinginan mereka itu. Hanya yang saya tekankan adalah jangan korupsi. Kalian bisa membuat uang tanpa uang asal kalian mau berdoa keras, berzikir keras dan berwirausaha. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun