Alhamdulillah, kemaren dan kemaren lusa saya bertemu banyak dengan para mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat (MKM) STIK Bina Husada Palembang. Mereka itu ada yang dari Kabupaten OKU, ada juga yang dari Lahat, PALI, Palembang dan Musi Rawas Sumatera Selatan.
Dari pertemuan yang berlangsung serius tapi santai saya banyak belajar dari para mahasiswa. Saya melemparkan kepada mereka bahwa kelas kita ini mesti banyak praktek di lapangan bukan hanya sekedar teori saja.Â
Metode yang saya kenalkan kepada mereka adalah "student-centered learning", di mana porsi terbesar adalah mahasiswa yang aktif. Dosen hanya memberi arahan, supervisi dan evaluasi.
Mahasiswa diminta untuk melakukan tridharma di lapangan melalui wawancara, observasi, dokumentasi dalam rangka meneliti, menulis, mempublikasi dan memberi umpan balik kepada para pemimpin yang mereka temui.
Ada sejumlah arahan yang saya berikan kepada para mahasiswa tentang tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Pertama, kalian kaji gaya pemimpin para pemimpin kalian langsung dan jika ada atasan mereka. Mengapa banyak pemimpin yang harus mereka kaji? Karena satu grup ada yang lima ada yang enam orang mahasiswa. Karena itu diharapkan atasan mereka juga lebih dari satu.Â
Di antara gaya pemimpin dalam memimpin itu ada gaya demokratis, ada gaya otoriter, ada gaya partisipatif dan ada gaya bebas.
Sering pemimpin menggabungkan sejumlah gaya. Pemimpin puncak misalnya menerapkan gaya partisipatif dan gaya bebas. Para manajer menengah sering menggabungkan semua gaya dan para pemimpin level 1 menerapkan gaya demokratis dan otoriter.
Kedua, bos tidak pernah salah. Yang perlu kalian kaji adalah gaya mereka memimpin. Bukan untuk menyalahkan mereka. Jangan pernah dipublikasi tentang kelemahan mereka.Â
Jika kalian mau mempublikasi hal-hal yang berhubungan dengan gaya mereka memimpin maka lakukanlah dengan bijak, tidak menyebut identitas dan alamat pemimpin.Â
Selanjutnya yang mesti kalian teliti adalah sifat-sifat pemimpin, wawasan pemimpin, komponen-komponen kepemimpin oleh Edwards Deming.Â
Pemimpin yang ideal itu banyak sekali sifat-sifat yang harus dimiliki. Selain harus iman dan taqwa, pemimpin harus sederhana, jujur, adil, tegas, peduli, penolong, bersahabat, humoris, punya visi dan misi yang jelas, siap membantu, disiplin, tabah dan tekun, menyiapkan kader dengan baik dan lain-lain.
Jika kalian memimpin tidak dengan hati, tidak hati-hati maka mereka yang kalian pimpin akan dongkol hati, sakit hati dan bahkan busuk hati. Â Kondisi kepemimpinan menjadi resah dan gelisah.Â
Kondisi yang seperti itu tidak mungkin produktif dan inovatif. Jika demikian pemimpin tidak akan mampu mewujudkan mimpi bersama organisasi yang dia pimpin.Â
 Enak jika kita kuliah dengan jumlah yang ramai. Ngantuk bisa hilang. Bayangkan jika kita kuliah sendirian dengan dosen juga sendiri. Bisa ngantuk semua.
Dengan berakhirnya kuliah kita kali ini saya mengingatkan para mahasiswa agar kalian jadi kaya semua. Caranya kalian harus selalu berdoa dan berusaha agar hati kalian lapang dan kantong juga lapang.Â
Saya sarankan kalian mengamalkan sejumlah amalan pagi petang. Pastikan baca ayat 1000 dinar, juga lazimkan bersedekah setiap subuh. Untuk mendapatkan uang tanpa uang kalian baca 400 kali selawat kepada nabi sesudah shalat isya hingga subuh hari.
Sebagai pemimpin janganlah kalian kolusi, korupsi, nepotisme dan punya karakter yang buruk. Jika kalian hindarkan hal seperti itu kalian akan dikenang sebagai pemimpin yang baik dan hidup kalian akan selalu sejahtera, barokah dan bahagia.
Aamiin yra.
Palembang, 3 November 2019
Supli Effendi Rahim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H