Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bencana Asap, "Never Ending"

22 September 2019   07:59 Diperbarui: 22 September 2019   08:14 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah.

Sebagai pendidik, sebagai pengamat lingkungan dan sebagai warga negara saya sedih. Sedih karena menyaksikan dan merasakan bencana yang melanda kampungku, kotaku, provinsi ku dan negeriku mengalami bencana asap. 

Saya mencoba merenung dan merenung. Mengapa terjadi bencana asap. Mengapa dari dulu kejadian bencana asap ini tidak pernah berhenti dan bahkan cenderung lebih parah dan parah. Benarkah ini musibah atau azab?

Bila kita runut penyebab bencana asap yang acap kali melanda negeri ini maka ada sejumlah isu penting yang terkait.

Pertama, bencana asap terjadi pada saat berlangsungnya musim kemarau yang panjang dan tak turun hujan. Tahun ini musim kemarau tergolong kering bahkan sangat kering karena sejak 3 bulan terakhir tidak turun hujan. 

Kedua, pada saat kemarau seperti ini rumput dan semak menjadi kering sehingga rentan terjadi kebakaran baik secara buatan maupun secara alami. Kebakaran hutan dan lahan secara buatan dilakukan oleh perorangan atau oleh perusahaan.

Kebakaran secara alami dapat terjadi dan sering terjadi karena adanya konvergensi cahaya matahari menuju suatu titik. Konvergensi ini terjadi pada celah-celah awan, atau celah-celah pohon atau bebatuan di pegunungan. 

Ketiga, kebakaran lahan gambut baik alami maupun buatan susah dipadamkan karena melibatkan gambaran gambut yang luas dan dalam. 

Siapa yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan itu? Semua pihak hampir terlihat dalam terjadinya kebakaran itu. Kok bisa? Iya. Karena semua pihak berperan dengan cara-caranya masing-masing.

Petani kecil, orang perorangan, pengusaha perkebunan melakukan pembakaran baik sengaja maupun tidak sengaja. Bagaimana membakar lahan secara tidak sengaja? Misal membuang puntung rokok secara sembarangan. 

Pembakaran sekala kecil juga tanpa sengaja bisa merambat ke lahan tetangga. Karena kering api dapat menjalar dengan cepat ke lahan bahkan hamparan yang luas. Kondisi seperti.ini menjadi susah dipadamkan.

Apa saja dampak negatif dan apa pula dampak positif dari kebakaran lahan dan hutan? Semua tahu bahwa asap dari kebakaran lahan dan hutan menyebabkan dampak negatif berupa gangguan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), penurunan jarak pandang (visibilelity) sehingga banyak pesawat tidak bisa take off dan landing. 

Namun ada juga dampak positif dari kebakaran hutan. Kebakaran lahan dan hutan menyebabkan terbukanya bibit pohon yang tidak mungkin tumbuh tanpa adanya kebakaran seperti buah kayu yang mempunyai batok. Kebakaran menjadikan benih seperti batu itu terbuka dan jika ada hujan akan berkecambah dan akan tumbuh dengan cepat. 

Kebakaran lahan mempercepat terjadinya pelapukan bahan organik di atas dan di bawah permukaan tanah. Kebakaran lahqn dan hutan juga membasmi binatang predator atau hama  yang membahayakan kesehatan manusia dan hama tanaman. 

Demikian seberkas pembahasan tentang sisi buruk dan positifnya kebakaran lahan dan hutan. Paling penting dengan kebakaran lahan dan hutan kita bisa mengajari diri kita bahwa banyak sisi yang kita belum atau tidak mudah mengerti tentang kebesaran Allah, pemilik kita dan alam.semesta ini. 

Kebakaran bisa jadi musibah dan Rahmat tergantung sudut pandang kita dalam menyikapinya. Tetap semangat dan bersabar. Jayalah negeriku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun