Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... profesional -

Sejak 2007 terus menerus mengembangkan sistem pendidikan dan pengajaran menggunakan ICT terpadu (weblog), rumah panen hujan serta model pengelolaan limbah domestik dengan teknologi rawa buatan. Saat ini anggota partai mengajak ke syurganya Allah, pensyarah dan peneliti; Ketua Lembaga Penelitian Universitas Palembang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengelolaan PDAM, Listrik dan Pompa Air

31 Oktober 2009   01:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:29 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah. Saya belum pernah mempunyai pengalaman bagaimana mengurus atau mengelola PDAM dan PLN di negara kita. Tentu sulit, tentu saja tidak mudah, tentu saja tidak sesulit yang orang banyak duga atau mungkin tidak segampang yang banyak orang yang tidak tahu. Tulisan saya kali ini hanyalah hal-hal yang praktis dan selalu berhubungan dengan keluarga saja, teman-teman di facebook, kota tempat saya tinggal dan pembelajaan dalam ekonomi keluarga. Pemikiran lebih lanjut pada bagian tulisan ini hanya pemikiran, yang memerlukan pemikiran kita semua dan kalau mungkin juga  "bisa" menjadi pemikiran dari para pengelola PDAM dan PLN.

PDAM dan Listrik di rumah saya

Air dan listrik adalah keperluan (bukan kebutuhan, maaf kalau di Malaysia "parno") keluarga saya yang penting. Tidak ada air susah, sedih, marah-marah, rumah kotor dan lain-lain. Janganlah tidak ada air kalau bisa. Tidak ada lampu juga demikian. Listrik penting untuk melicinkan pakaian keluarga, menggerakkan kipas angin dan exzos fan (tidak ada AC) karena rumah dirancang untuk dihuni oleh "Oemar Bakri" atau PNS (pegawai "neman" ...........). Ternyata, listrik penting untuk menggerakkan pompa air untuk menyiram tanaman di halaman (dari air kolam air hujan depan rumah) dan pompa air dari PDAM.

Tetapi ada banyak yang mengherankan saya sebagai pengamat dan pengguna dua keperluan keluarga saya itu. Pertama, air di rumah saya tidak "berani" mengalir sendiri dia harus "dijemput" dengan strum listrik. Dalam hati saya mengapa ya.. Sepengetahuan saya sewaktu belajar di SD dulu air dapat dikumpulkan pada suatu wadah atau "tower" raksasa. Fungsinya untuk memudahkan air "turun" mengikut gaya grafitasi. Di kota saya di mana-mana sebagai "booster" dengan biaya puluhan milyaran rupiah, letaknya di bawah tanah... Di Eropa dan beberapa negara ASEAN boosters mereka bangun pada ketinggian tertentu bahkan di atas bukit-bukit sehingga pelanggan PDAM dengan mudah menikmati air ledeng tanpa harus memompa dan memompa.

Hal yang menarik lainnya adalah pada saat semua memompa air secara "berjemaah" maka tidak ada angin tidak ada hujan listrik di rumah saya. Dalam hati saya apa ada kaitannya dengan "jemaah" memompa air itu ya? Yang jelas isi tulisan teman-teman di facebook banyak kali "alhamdulillah lampu mati, dengan demikian secara otomatis teman-teman "obrolan" di facebook juga "mati" atau berkurang. Saya meyakini ini terjadi karena listrik di banyak tempat terutama di kota keluarga saya sedang mati. saya meyakini juga karena teman-teman di kompleks saya selalu melakukan pertandingan "memompa air" lagi dan lagi. Mengapa demikian ya? Dugaan saya sementara karena pada saat air ledeng sedang "dijemput paksa" oleh setrum air tersebut selalu ditemani oleh angin dan tanah. Pada saat seperti ini banyak pompa yang panas lalu mati juga. Sudah sangat sering di keluarga saya yang Omar Bakri itu terpaksa "ganti-ganti" pompa air. Tetapi hingga saat ini saya belum menduga apa ada kaitannya antara PLN, PDAM dan pabrik pompa air. Semoga tidak ada sama sekali.

Nah pembaca, berikut ini adalah pemikiran sebagai pelanggan setia PLN dan PDAM serta pompa air. Alangkah baiknya pada masa depan PDAM di manapun berada dalam negara kita agar dalam membangun sistem pengadaan air bersih dapatlah kiranya melengkapi sistem booster yang "hemat" tenaga atau dibangun pada ketinggian tertentu. Dengan begitu pelanggan tidak perlu berjemaah memompa air. Cukup dengan gaya grafitasi. Kalau semua PDAM saja yang bertanggung jawab memompa air ke tower-tower mereka maka beban yang tinggi selama ini kepada PLN semakin berkurang, sehingga "kebijakan" PLN yang selama ini lagi-lagi mati atau mati lagi mati lagi dapat berkurang. Dengan demikian tidak akan ada lagi tulisan di face book "alhamdulillah lampu mati". Itu saja pembaca, terima kasih atas tanggapannya.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun