Ada tiga hari paling tidak yang sudah banyak warga dusun sanak famili hadir untuk membantu dan tiga hari ini memiliki nama khas yaitu hari mengambil bambu dan daun,. hari melemang serta hari bimbang yang merupakan hari puncak.
Belum lagi rangkaian ritual bimbang adat itu sendiri,  seperti gegerit, makan sepagi, menari sambil menombak kerbau,  mempelai duduk di atatar,  berbelanja, dan penganten mata menari, serta  mempelai perempuan menari di pangkal tangga rumah.
Ada suatu hal yang menarik masih dalam.rangkaian ritual bimbang adat itu juga yaitu mengambil satu malam.
Ritual mengambil satu malam ini mengandung makna tersendiri karena sepasang mempelai beserta kawan-kawan dan pengikut yang lain di ungsikan di sebuah rumah yang memang sudah di sepakati.
Warga yang rumahnya di tumpangi satu malam ini  sudah pasti hubungan kekerabatanya dengan yang punya hajat masih relatif dekat dan merupakan suatu petunjuk.
Malam di rumah pengasingan ini ritual berepat (memotong rambur sedikit) untuk penganten pria dan.berinai (bekutek) untuk penganten wanitanya, dari rumah ini penganten turun untuk ikut ritual gegerit dan besoknya untuk menari nombak kerbau setelah ritual makan pagi disaat ketua kerja memapar niat dalam hati yang mendalam tujuan sahibul hajat melakukan pernikahan anaknya disertai dengan bimbang adat.
Ketika Bapak saya Marzuki melaksanakan Bimbang adat kakanda Jaalni yang mengambil satu malamnya adalah paman A. Rahim.
Di situlah saya melihat bahwa pamanda Rahim cukup terampil dan mengerti untuk melakukan berepat (motong rambut sedikit) dengan tangan beliau sendiri dan juga membuat topi penganten pria.#
In Shaa Allah bersambung.......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H