Bismillah,
Kalau ada daftar desa kecil terpencil di Bengkulu Selatan pastikan di situ ada Lubuk Langkap. Kalau ada desa terisolir puluhan tahun sesudah merdeka pastikan itu Lubuk Langkap.
Warganya banyak sekolah
Generasi pertama mulai gerah berada di Lubuk Langkap. Sebut saja Roni Baid, Muslini dan Abdul Djalil. Mereka ini mulai meninggalkan Lubuk Langkap akhir dasa warsa 1960an. Kepergian mereka ini karena bersekolah di luar daerah, sebut saja Bandung Jawa Barat, Palembang Sumsel dan Curup Bengkulu.
Walau begitu warga Lubuk Langkap angkatan muda bangga pada mereka. Tidak ada yang iri dengki. Roni jadi hakim pengadilan Agama di Bandung. Sebuah posisi dan status sosial yang jarang dicapai oleh warga Bengkulu pada umumnya apalagi di kscamatan Seginim. Memang langka.
Demikian juga Muslini dan Abdul Djalil Djuanip mereka jadi guru di kota Manna kemudian pindah ke Bengkulu. Lagi-lagi kami angkatan berikutnya bangga dengan status mereka jadi guru PNS kala itu.
Angkatan muda selanjutnya Tohar kulian di Unsri, diikuti senior beliau kuliah di Unib n unihaz dan curup.
Tohar ini membuka wawasan generasi  berikutnya seperti Supli, Rasal, Muhardin, Suhardi, Amrin dll. Rasal, Muhardin dan Suhardi termasuk dipuji oleh warga Lubuk Langkap karena mereka ingin jadi guru. Kalau Supli dan Amrin tidak masuk daftar karena sekolah mau jadi petani. Ngapain Supli dan Amrin itu mau sekolah jadi petani dan pekebun. Orang kita ini warga Lubuk Langkap ini sudah puas jadi petani. Gak usah ditambah lagi jumlahnya.
Namun situasi berubah setelah Buyung Nurman belajar di SPP SPMA Curup. Ini dipengaruhi oleh kenyataan bahwa Buyung anaknya pintar dan pandai berkomunikasi dengan para warga senior Lubuk Langkap. Pantas sekali dia jadi penyuluh. Tak lama dia dinobat jadi penyuluh teladan tingkat nasional.
Sebelum itu Jasman dan Sukani kuliah di Fak. Tarbiyah Bengkulu lokal jauh IAIN Palembang, yang kemudian menjadi PNS, bahkan Sukani sempat memimpin didaerahnya sendiri menjabat Camat di Kecamatan Air Nipis Bengkulu Selatan.
Efnie Eff. Wanit jebolan AAN Bengkulu berkiprah di sebuah Yayasan di Palembang.
Â
Profesi guru memang keliatanya pilihan pavorit warga Lubuk langkap, tamat dari UNIB misalnya : Yusip Wadip, Watasman dan Budiman menjdi Umar Bakri.
Status " Umar Bakri " banyak juga yang dilakoni generasi sebelumnya, sebut saja ada Su'inudin, Jasman, Jakri, Â Hamerizon Ranis dll.
Generasi pertengahan 80 an ada Sudiman yang kuliah di UMB (dulu STKIPM) yang gagal menjadi guru lalu berkiprah di politik dan sempat menjadi anggota legislatif seluma 2 periode. Seangkatan legislator Sudi ini ada Mulyari, Buyung Nurman, dan Sarmidi Juanip yang kesemuanya PNS.
Tidak hanya kaum adam, kaum Hawa Lubuk Langkap-pun tidak mau ketinggalan untuk menimbah ilmu dan akhirnya tercapai tujuan menjadi guru. Kaum Srikandi ini diantaranya Sihaini, Ida Idris, Tusni Lemasim, Desmi Wamal dll.
 Satu hal yang kurang atau belum di sandang oleh warga Lubuk Langkap di perantauan adalah profesi ustadz/zah kondang walaupun yang tamat kuliah dari UIN/IAIN cukup banyak seperti Nurahmah Berohan, Nurhayati Marzuki,  Mukmin Saleh Berohan, Ridi Sudir dll.
Dari generasi ke generasi warga Lubuk Langkap turut ikut mengisi ruang dalam kancah kemasyarakatan maupun keumatan.
Bersambung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H