Jamu dan pusat massage tradisional
Pada suatu kesempatan saya berkenalan dengan tukang kayu yang juga penjual jamu. Saya tanya padanya kenapa dia lebih menyukai menjual jamu daripada bertukang. Pria asal Kebumen Jateng ini mengatakan bahwa jual jamu tidak capek dannduitnya banyak. Jadi tukang banyak duitnya juga tetapi capek. Ketika jadi tukang saya jadi kafir katanya. Maksudnya apa mas saya tanya. Maksudnya jika saya bertukang saya gak solat. kalau saya jualan jamu saya solat.Â
Umroh dan mudikÂ
Bagi penjual jamu yang saya temui mereka memang betah jual jamu karena ada hadiah umroh dan THR setiap tahun. Ditambah lagi saya sehat dan menyehatkan orang katanya. Kami banyak saudara penjual jamu di kota ini pak katanya.Â
Ketika ditanya berapa besar shmbangan jamu kepada perekonomian wilayah, penjual jamu itu meyakini bahwa penjualan jamu ini besar sekali sumbangannya katanya. Jika jamu terjual laris maka penjual makanan juga laris pak.katanya. Jika ada penjual jamu maka ojek taksi jalan pak katanya.Â
Belum.lagi pusat massage jalan. Pemprov di bawah gubernur Syahrial pernah membuat kerjasama dengan pabrik Jamu. Akibatnya pengusaha bis tumbuh subur karena seriap tahun mengangkut penjual jamu mudik pada saat hari raya dan hari besar lainnya.
Demikian keterkaitan antara kesehatan, lingkungan dan jamu.
Jayalah kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H