Bismillah,
Bagiku Malaysia sudah dikenal sejak di Sekolah Dasar yakni di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Tanjung Baru alias Lubuk langkap Air Nipis Bengkulu Selatan. Dusunku terletak di sebelah selatan bukit barisan. Ketika pagi tiba Radio yang terang untuk didengarkan dari kebun dan sawah kami kala itu hanyalah RRI Palembang, RRI Jakarta, Radio Singapore dan Radio Malaysia. Tahun 2001 penulis pertama kali menginjakkan kaki di Kuala Lumpur dan perbatasan  Malaysia dengan Thailand. Tulisan ini mengumkapkan diary seputar perjalanan penulis beserta keluarga di Kuala Lumpur 2007.
Perjalanan ke malaysia sebelumnya
Penulis memperoleh kesempatan untuk mengembara di negara Datuk Mahatir itu sebelum perjalanan dengan keluarga sebanyak 3 kali. Pertama, bersama dengan teman-teman untuk huruj fisabilillah dalam program keluar di jalan Allah selama 40 hari. 30 hari di Thailand tepatnya di Yakla dan Sungai Golok. 10 hari di Malaysia tepatnya di Air Keruh Melaka pada akhir masa keluar.
Kedua, penulis pergi bersama dengan rombongan DPRD dan Bappeda kota Parabumulih dalam rangka pertemuan nasional di Batam tentang pembahasan Rencana Jangka Panjang dan Jangka Menangah Pembangunan Nasional. Pertemuan itu dihadiri oleh presiden SBY. Pergi ke Kuala Lumpur itu adalah acara field trip yang diadakan oleh panitia.
Ketiga, penulis membawa peserta yang  berasal dari Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UNSRI dan dari Bappeda kabupaten Muara Enim. Pada kunjungan kali kedua itu penulis melakukan kunjungan ke badan perencanaan kota di Pulau Pinang. Setelah itu rombongan pulang ke tanah air tetapi pada malam terakhir mampir di Kuala Lumpur.
Cerita lucu di KL
Di KL kami sekeluarga dipinjami mobil oleh nakanda kami Fatoni Usman yang kala itu sedang menjalani pendidikan doktor di Universiti Teknologi Malaysia (UTM). Selama di KL kami menyewa di rumah tamu di kampus UTM itu. Suatu sore, penulis dan anaknya yang nomor 4 kala itu masih di SMP pamit dengan istri dan anak-anak yang lain untuk beli nasi dan sayur umtuk makan sore di kedai Melayu. Setelah berjalan beberapa lama dan makanan yang dibeli dibungkus dan siap dibawa pulang ke rumah tamu di kampus UTM. Kala itu belum ada GPS atau Google.Â
Penulis dan anaknya mempedomani salah satu towe di KL kalau tidak salah tower telekom Malaysia. Tetapi kami semakin jauh ke luar kota. Paling tidak kendaraan kami sudah mengarah ke Ipoh atau ke utara kuala Lumpur. Anak yanh okut panik. Kami memberi tahu istri bahwa kami tersesat. Penulis mencari akal yakni mendekati taxi driver agar bisa mengantar ke rumah tamu UTM. Taxi driver diminta pasang argo lalu jika sudah tiba di rumah tamu baru dibayar. Alhamdulillah kami kembali ke kampus UTM itu dengqn selamat walaupun mendapatvtertawaan dari istri dan anak-anak yang lain.
Kala itu baru anak yang sulung kuliah tepatnya di FKG Unsri. Anak ke 2 dan 3 masih di SMAN 1 Palembang. Anak no 4 masih di SMPN 17 Palembang. Sedangkan si bungsu masih di SDI Azxahrah Palembang. No 1 kini sudah nadi dokter higi dan punya klinik sendiri. No 2 sudah jadi donen di Malaysia. Anak no 2 ini mendapat kesempatan belajar ke UTM Malaysia pada 4 tahun berikutnya dan anak no 3 kuliah di Malaysia setahun sesudah kejadian itu dan anak no 4 memasuki FK Unsri 7 tahun setelah kunjungan ke Malaysia itu. Anak no 5 memasuki FK Unsri 11 tahun setelah kunjungan ke KL itu.
Antri untuk naik ke twin tower