Bismillah,Â
Berada di bulan ramadhan banyak renungan yang dilakukan. Lagi lapar seperti hari ini penulis merasa bersyukur karena masih kecil tidak jadi lalai seperti sekarang. Lagi puasa lihat HP tak pernah berhenti.
Kita sekarang masing-masing menghabiskan waktu - pagi, siang, sore, malam dan pagi lagi bermain smartphone. Tak terbayangkan jika itu terjadi pada masa kita SMP, SMA hingga di perguruan tinggi. Mungkin banyak di antara kita yang drop out dari sekolah.
Banyak bersyukur
Sebagai manusia yang lemah dan mudah tergoda penulis merasa banyak bersyukur kepada tuhan. Pada zaman kami sekolah, guru masih mengajar dengan kapur tulis. Pada waktu kami sekolah kami masih belajar menggunakan lampu minyak tanah. Masih menggunakan lampu semprong yang banyak menyebabkan hidung hitam lubangnya karena kena lengas asap lampu.
Beruntung pada zaman kami belum ada youtube, belum ada WA, belum ada facebook, belum ada tweeter, belum ada instagram, belum ada google dsb.
Jika pada zaman itu ada semua semua aplikasi yang disebutkan sebelumnya maka susah membayangkan jadi apa kami.
Sekolah ketemu langsung
Sekolah offline atau ketemu langsung dengan guru akan mendapatkan banyak hal dari pak guru. Sapaan guru, candaan pak ibu guru, marahnya guru dan cerita guru merupakan hal yang tidak bisa didapatkan ketika belajar online.
Pada saat belajar langsung berhadapan dengan guru dan kita belajar bersama dengan teman-teman kita memperoleh pengalaman yang tidak bisa dimiliki ketika kita belajar online. Ada rasa kebersamaan, ada rasa senasib, ada rasa persaudaraan yang terbangun.
Efek negatif smartphone
Terlepas dari banyak manfaat smartphone yang bisa diperoleh, banyak juga efek negatifnya. Banyaknya postingan yang tidak pada tempatnya merupakan dampak buruk smartphone.
Di WA, facebook, youtube dll secara berkala selalu ada yang membuat penggunanya stress. Postingan yang merangsang  ketertarikan seksual di youtube, WA, FB atau WA merupakan dampak negatif yang tidak bisa dihindarkan oleh mereka yang tidak kuat basis agamanya.
Kasus pemerkosaan biasa terjadi karena para pemuda terangsang melalui postingan yang tak pantas. Banyaknya postingan kekerasan juga merupakan "guru" para anak muda sehingga mereka banyak yang punya sifat buruk.
Bekali dengan agama
Pendidikan agama mesti diletakkan sebagai pondasi yang kuat sejak anak-anak kita masih kecil. Gagal kita meletakkan pondasi yang kuat pada anak-anak kita akan menyebabkan penyesalan keluarga kita secara berkepanjangan. Pengawasan dan memberikan perhatian lebih kepada anak-anak kita adalah suatu yang "a must" supaya keluarga kita terhindar dari kejamnya dampak negatif internet pada zaman edan ini.
Doa dan usaha
Usaha boleh maksimal tetapi doa harus maksimal juga. Doa mesti kita dilafazkan setiap saat tidak saja saat shalat maupun di luar shalat. Dengan doa kita lepas anak-anak kita menapaki dunia masa depan mereka.Â
Jayalah kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H