Bismillah,
Islam mengajarkan bahwa semua manusia sama di hadapan Allah dan perbedaan suku, ras, atau etnis tidak menjadi faktor yang menentukan tinggi rendahnya derajat seseorang di mata Allah. Oleh karena itu, Islam tidak membanggakan suku atau ras tertentu, dan mengajarkan untuk menghargai dan menghormati semua orang tanpa terkecuali.
Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat: 13).
Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, membanggakan suku atau merendahkan suku orang lain tidak dianjurkan. Sebaliknya, di dalam Islam, ditekankan untuk saling menghormati, menghargai, dan membantu satu sama lain, tanpa memandang suku, ras, atau etnis.
Rahmatan bagi seluruh alam
Benar, Islam adalah agama rahmatan lil alamin atau agama rahmat bagi seluruh alam. Konsep ini diambil dari ayat Al-Quran yang menyatakan bahwa Rasulullah Muhammad SAW diutus seagai rahmat bagi seluruh alam, "Dan kami tidak mengutus engkau, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam." (QS. Al-Anbiya: 107).
Arti dari konsep ini adalah bahwa Islam datang sebagai rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya bagi orang-orang Muslim. Agama Islam mengajarkan nilai-nilai yang mencakup kebaikan dan kemanusiaan, dan mengajak umat manusia untuk berbuat kebaikan dan berkontribusi positif bagi dunia.
Konsep ini juga menunjukkan bahwa agama Islam mengajarkan toleransi dan menghormati keberagaman, baik dalam hal agama, ras, budaya, atau latar belakang lainnya. Agama Islam mengajarkan bahwa seluruh manusia adalah sama di hadapan Allah SWT dan memiliki hak-hak yang sama untuk dihormati dan diperlakukan dengan baik.
Oleh karena itu, sebagai agama rahmat bagi seluruh alam, Islam mengajarkan untuk berbuat kebaikan, memperjuangkan keadilan, dan membantu sesama manusia tanpa memandang agama, suku, atau latar belakang lainnya.
Puasa
Puasa dalam agama Islam bukan hanya sekadar menahan diri dari makan, minum, dan aktivitas seksual dari terbit fajar hingga terbenam matahari, namun juga melibatkan aspek spiritual dan sosial. Salah satu tujuan dari puasa adalah untuk membangun solidaritas dan empati dengan orang yang kurang beruntung, termasuk orang miskin.
Dalam puasa, umat Muslim diajarkan untuk merasakan lapar dan haus seperti yang dirasakan oleh orang-orang miskin, serta mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas sehari-hari karena kelelahan akibat berpuasa. Puasa juga mengajarkan untuk bersikap sabar dan tahan uji dalam menghadapi kesulitan dan rintangan.
Selain itu, puasa juga mengajarkan untuk berbagi dan peduli terhadap sesama, khususnya mereka yang membutuhkan. Umat Muslim diwajibkan untuk memberikan zakat atau sedekah sebagai salah satu kewajiban sosial dalam Islam. Dalam puasa, orang-orang miskin dan yang kurang beruntung menjadi lebih terlihat dan terasa kebutuhan mereka. Ini dapat membangun kesadaran dan kepekaan sosial dalam diri umat Muslim, sehingga mereka terdorong untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada sesama yang membutuhkan.
Dalam hal ini, puasa dapat menjadi sarana untuk memperkuat solidaritas dan empati dengan orang miskin, sehingga membantu membangun masyarakat yang lebih inklusif dan saling peduli.
Jayalah kita semuam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H