Mohon tunggu...
Supli rahim
Supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengalaman Berharga tentang Akselerasi Semasa Sekolah

29 Desember 2022   07:47 Diperbarui: 29 Desember 2022   07:53 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Dulu waktu kecil penulis diikutsertakan dalam.program "ekselerasi" istilah sekarang. Waktu di kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Tanjung Baru Air Nipis Bengkulu Selatan penulis kecil diikutsertakan dalam program ekselerasi. Apa itu? Penulis dipindahkan ke kelas 6 untuk selanjutnya mengikuti pelajaran kelas tersebut dan bersiap-siap mengikuti ujian negara tingkat SD Negeri. Demikian juga pada saat penulis mengikuti program pascasarjana di University of Cranfield. Kala itu namanya Cranfield Institute of Technology di England UK. Tulisan ini menceritakan dukanya mengikuti program ekselerasi.

Sakit waktu SMP

Sepanjang mengikuti pelajaran di kelas 5 yakni 4 bulan alias 1 catur wulan penulis kecil hepindan senang memgikuti pelajaran. Waktu itubgurunya ibu Qadariyah Yanum tamanan PGAN 4 tahun di Manna Bengkulu Selatan. Banyak pelajaran agama islam yang penulis kecil dapatkan mulai dari tajwid, Bahasa Arab, Nahu saraf, Fiqih dll. Penulisbjuga mendapat pelajaran ilmu alam, ilmu hitung, ilmu hayat dll. Waktu pindah ke kelas 6 pelajaran agak jauh berbeda dan guru Berohan kala itu menyiapkan untuk ujian negara tingkat sekolah dasar.

Dampak dari beban berat waktu kelas 6 dan pindah ke kota yakni masuk SMPN 1 Manna Bengkulu Selatan penulis sakit. Ke sana mesti berjalan kaki sejauh 30 km ke arah selatan tepatnya di pantai Selatan di mana ditemukan lautan Hindia.  Sakit yang penulis idap adalah kepala pening dan hidung berdarah. Telinga juga mengalami gendang pecah karena menyelam terlalu dalam dan terlalu lama karena mencari ikan untuk membantu orangtua mencarikan sumber protein untuk makan keluarga. Waktu itu keluarga ayah adalah keluarga besar yakni adik 6 orang dan ayah ibu. Sedangkan kakek dan nenek bermalam di kebun tepatnya di Datar Kepahyang yang berjarak 10 km di sebelah utara dusun penulis.

Penderitaan femi penderitaan

Jika ada anak pembaca mau diikutsertakan dalam program ekselerasi di sekolah mereka maka mulainsekarang katakan "NO". Pengalaman penulis membuktikan bahwa program ekselerasi itu sungguh memberikan beban berat kepada pelakunya. Di tingkat pendidikan apapun akan memberikan beban yang berat kepada peserta didik.

Demikian juga waktu penulis ikut ekselarasi di program pasca sarjana di University of Cranfield England UK. Penulis direkomendasikan oleh 1 doktor dan 1 master sewaktu penulis bekerja di South Sumatran Transmigration Development (SSTD) project di Palembang. Penulis mestinya ikut program MSc part 1 terlebih dahulu ttapi yang terjadi penulis direkomendasikan oleh Dr Peter Seal dan Mr David Billing langsung ke MSc part 2. 

Jujur penulis menderita lahir batin selama 3 bulan pertama karena kemampuan berbahasa Inggeris yang kurang. Jika penulis mengikuti terlebih dahulu MSC part 1 maka penulis akan "cukup modal" umtuk belajar di tingkat master maupun tingkat doctor of phylosophy. Tetapi alhamdulillah penulis masih pulang demgan selamat dan memperoleh gelar MSc dan PhD. Tapi lagi-lagi tulisan ini ingin mengingatkan agar anak cucu kita ke depan sebaiknya ikut program sekolah yang normal saja tidak perlu ikut program.ekselerasi.

Jayalah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun