Mohon tunggu...
Supli rahim
Supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Palembang Pilihan

Tidak Mudah Mengatasi Permasalahan Banjir di Kota Palembang

25 Oktober 2022   10:50 Diperbarui: 27 Oktober 2022   03:28 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Banjir selalu terjadi di banyak tempat termasuk di kota Palembang.  Maka ketika terjadi banjir yang meluas dan dalam serta berlangsung lama, siapapun tidak bisa berbuat apa-apa kecuali pasrah dan berbuat semampu yang dibuat. Baru-baru ini (6/10/2022) terjadi lagi banjir di banyak tempat di kota Palembang dan juga terjadi di banyak wilayah seluruh tanah air. Banjir di Palembang selalu dan terus terjadi sepanjang sejarah. Pada tahun 2021 terjadi banjir yang jauh lebih hebat yakni 25 Desember 2021. Beragam respons dari para pihak dalam kejadian banjir.  Dari pemerintah kota. kita memperoleh pernyataan dari walikota misalnya bahwa banjir itu terjadi karena persoalan teknis misalnya lambatnya air mengalir ke arah pompa. Dari para pengamat juga adalah bahwa banjir itu sebagai buruknya kinerja para pejabat di pemerintah kota maupun provinsi. Dari BMKG kita memperoleh informasi bahwa hujan yang jatuh ketika terjadi banjir besar adalah karena hujan yang jatuh merupakan curah hujan yang ekstrim selama 30 tahun.

Penyebaran banjir

"Ada sekitar 17 titik genangan air yang diakibatkan karena kurangnya percepatan air ke mulut pompa. Mulut pompanisasi sungai bendung ini kita saksikan berfungsi secara normal, tetapi debit air untuk menyuplai pompa Bendung ini memang masih kurang", demikian pernyataan walikota Palembang, Harnojoyo tentang penyebaran banjir di kota Palembang dan penyebab lamanya terjadi genangan air.  Banyak pengamat yang selalu menyalahkan penduduk, banyak juga mereka yang menyalahkan pemerintah kota. Penduduk didalahkan karena membuang sampah sembarangan, ada penduduk yang membangun pemukiman di bantaran sungai. Pemerintah kota disalahkan karena tidak membangun saluran yang luas dan dalam, karena tidak membangun kolam retensi dengan jumlah dan dimensi yang memadai. Masyarakat dan pengembang perumahan disalahkan sebagai penyebab banjir karena terus menerus menimbun rawa dan banyak anak sungai di kota Palembang. Kalau begitu semua salah. 

Tidak Mudah 

Banjir di Palembang adalah kesalahan bersama dan berlangsung sejak lama. Pemerintah berbuat kesalahan. Masyarakat berbuat salah. Pengembang berbuat salah. Apa yang terjadi sekarang ini adalah buah dari kesalahan berjemaah masa lalu. Oleh karena itu maka semua kita harus bersabar dan bersungguh-sungguh dalam mencari dan menemukan apa penyebab banjir di kota Palembang dan bagaimana menemukan pendekatan terpadu untuk mengendalikan banjir di kota Palembang. Mari sekarang kita coba menganalisis apa saja penyebab banjir di kota Palembang?

Pertama, banjir di Palembang terjadi karena ketiadaan ruang kosong untuk menampung air baik dari limpasan air hujan maupun dari limpasan air pasang dari sungai maupun dari laut.

Kedua, banjir di Palembang terjadi karena penimbunan rawa dan sungai yang terus terjadi tanpa ada menyediakan konpensasi berupa penggalian lahan rawa. 

Ketiga. banjir di Palembang terjadi karena rumah air diambil.  Lebih lengkap baca di sini. Dikatakan oleh Rahim bahwa Rumah-rumah air yang punya risiko tinggi jika kita ganggu adalah sungai, rawa, danau, cekungan, lembah, laut, samudera dll. Air yang berada di rumah-rumah itu terkadang pergi "merantau" jika datang musim kemarau. Terutama air pada kawasan rawa, sungai. Tetapi jangan lupa mereka akan kembali ke rumah-rumah mereka jika musim penghujan datang atau pasang laut datang.

Yang sering terjadi adalah rumah-rumah air itu di rusak oleh manusia tanpa dipindahkan ke tempat lain dengan dimensi-dimensi yang 11 12. Kasus terburuk adalah di kota Palembang dan kota-kota air di seluruh Indonesia dan bahkan di seluruh dunia.

Menyiapkan ruang kosong

Jika kita mesti sadari bahwa air itu adalah pemilik tunggal wilayah "flood plain" maka upaya apapun untuk menyingkirkan jika mereka kembali dari "merantau" pada musim penghujan dan periode ulang pasang air laut.  Pompa tak ada guna, selokan, normalisasi sungai, kolam retensi dsb kecuali kita bisa menyediakan ruang kosong dengan dimensi yang memadai.  

Referensi:

https://www.kompasiana.com/supli08611/633ca4c54addee514020d992/ketika-alam-dimusuhi-rumahnya-diambil-air-mengamuk-di-palembang?page=2&page_images=1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Palembang Selengkapnya
Lihat Palembang Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun