Bismillah,
Sebagai makhluk tuhan, manusia memang benar dikirim ke bumi sebagai khalifah,  sebagai pengatur, sebagai penyelamat bumi. Sebagai pengatur, manusia bebas melakukan apa saya yang mereka mau. Tetapi manusia lupa bahwa yang mereka atur itu  salah satunya adalah air,  makhluk tuhan yang dikirim dari langit. Makhluk tuhan itu dikirim sebagai rahmat di muka bumi.  Tetapi sering juga sebagai laknat.
Tetapi mereka di datangkan Allah lebih awal dari manusia. Karena itu jika manusia ingin tak diganggu maka janganlah menganggu "rumah-rumah" makhluk tuhan seperti air, angin, gempa bumi, binatang liar dll.
Di mana rumah air?
Rumah-rumah air yang punya risiko tinghi jika kita ganggu adalah sungai, rawa, danau, cekungan, lembah, laut, samudera dll. Air yang berada di rumah-rumah itu terkadang pergi "merantau" jika datang musim kemarau. Terutama air pada kawasan rawa, sungai. Tetapi jangan lupa mereka akan kembali ke rumah-rumah mereka jika musim penghujan datang atau pasang laut datang.
Yang sering terjadi adalah rumah-rumah air itu di rusak oleh manusia tanpa dipindahkan kentempat lain dengan dimensi-dimensi yang 11 12. Kasus terburuk adalah di kota Palembang dan kota-kota air di seluruh Indonesia dan bahkan di seluruh dunia.Â
youtube supli rahim
Di Palembang diperkirakan rumah air yang pernah ada dan ditempati manusia Palembang dan sekitarnya adalah seluas 200 ribu hektar. Sejak lama rumah mereka dengan luasan tersebut diubah manusia Palembang menjadi kawasan perumahan, kawasan perdagangan, kawasan perkantoran, pasar, sekolah, jalan, pariwisata dll.Â
Bayangkan jika air yang biasa mampir di  rumah-rumah yang disebutkan di atas berjumlah milyaran meter kubik maka ketika air pasang datang, hujan lebat dari langit tumpah sedangkan manusia tidak menyediakan ruang kosong yang memadai maka jangan heran jika milyaran meter kubik datang mengamuk ke rumah-rumau manusia, kantor, pasar, sekolah, dan apa saja yang mereka temui.Â
Tidak mudah diusir