Bismillah,
Saling bantu berdiri, tersenyum dan menatih
ku ingin seperti mereka menua bersama
berjanji saling menunggu bila pergi lebih dulu
ku ingin seperti mereka menua bersama
Itu adalah satu bait lirik lagu nenua bersama di internet oleh Rahmania Astiti. Sangat pas dengan kasus penulis dan istrinya - menua bersama.
Kami bertemu
Penulis pada tahun 1981 baru saja menginjak kan kaki di semester 7 pada sebuah Fakultas di Universitas Sriwijaya. Penulis adalah jebolah SMA di kota kecil di Bengkulu Selatan, tepatnya di SMA Negeri Manna. Merantau ke kota Pempek berharap memasuki Fakultas perubatan tetapi tak bisa mendaftar karena tak ada satu persyaratan yakni surat kenal lahir. Penulis atas saran keluarga dan kenalan banting setir dari Fakultas Perubatan menjadi Fakultas Pertanian.
Pada saat penerimaan mahasiswa baru penulis memperhatikan ada gadis yang kurus, kulit putih kuning, menjadi mahasiswa baru yang penulis awasi sebagai kakak senior. Mahasiswi itu mungkin memanfaatkan penulis supaya dapat perlindungan dari hukuman memakan biji petai jika ada kesalahan. Penulis cuek saja tetapi mulai tertarik pada mahasiswi tersebut.
Diprediksi akan ke rumah
Banyak yang memprediksi bahwa penulis setelah penutupan pekan orientasi mahasiswa (Posma) akan mendatangi mahasiswi baru yang swmpat meminta perlindungan dari hukuman memmakan petai. Â Ternyata terbukti.
Malangnya penulis yang sempat mengirim surat cinta ditolak oleh mahasiswi tersebut karena masih akan melanjutkan studi terlebih dahulu. Belum terpikir untuk punya pasangan.
MenikahÂ
Tanpa detil bagaimana kelanjutan cerita sinetron, ppenulis dan calon istrinya menikah 5 tahun sejak pertama kali jumpa. Penulis sempat pulang kampung sekitar 6 bulan dan bekerja di kampung. Entah karena apa penulis kembali ke kampus dan berniat jadi dosen.
Pada tahun depannya setelah menikah? penulis meninggalkan istri untuk belajar di negeri pangeran Charles selama 5 tahun. Pada tahun berikutnya istri dan anak pertama menyusul ke tempat penulis bersekolah. Selama di sana Allah menitipkan 2 anak yang baru kepafa keluarga penulis.
Sepulang dari Inggeris
Penulis sibuk membangun karir dan kehidupan keluarga. Istri penulis melanjutkan studi IPB Bogor sambil juga hamil anak ke 4, kini anak itu itu sudah jadi dokter. Pada tahun ke 11 sejak dari studi di Inggeris, penulis memperoleh anugerah berupa jenjang jabatan tertinggi di perguruan tinggi pada umur 41 tahun.Â
Pada tahun ke 12 sejak pulang dari Inggeris istri penulis melanjutkan studi ke S3 Ilmu pertanian karena programnya baru dibuka pertama kali. Alhamdulillah dia menjadi alumni kedua. Dia selanjutnya diberi anugerah jabatan akademik tertinggi pada tahun ke 24 sejak keluarga pulang dari Inggeris.
Ditinggal ke Malaysia
Karena ada tiga anak yang sedang belajar di perguruan tinggi, dengan bayaran yang tidak swdikit yakni satu di FK Unsri, satu di Fasilkom.bilingual Unsri dan satu di UUM Malaysia maka penulis dan istri bersepakat untuk berpisah. Penulis bekerja di Malaysia, sementara istri di tanah air. Tetapi diam-diam banyak meneliti, menulis dan publikasi tulisan di sejumlah jurnal dalam dan luar negeri.Â
Penulis selesai kontrak kerja di Malaysia selama 3 tahun. Tahun ketiga sejak penulis  pulang dari rantau istri sudah siap usulan untuk memperoleh jabatan akademiknya.
Menua bersama
Penulis dengan umur hanya terpaut 2 tahun kini bahagia menua bersama. Beberapa kali diberi kesempatan untuk pergi umroh bersama? kemudian dengan keluarga besar meliputi ibu penulis, anak cucu. Terakhir kami suami istri dan 3 anak umroh bersama dengan kelompok DPP ADRI dan keluarganya.
Jayalah kita semua.
di
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H