Bismillah,
Pagi ini nelpon dua anakku di Malaysia. Mereka adalah suami istri yang saat ini sedang dipisahkan oleh keadaan. Suami di kampung sini, istri di kampung sana sedang dua cucuku ada di negara bagian lain. Jika ayah ibu di Selatan maka cucuku ada di utara. Â Tulisan ini menyangkut emosi, pengalaman dan perjuangan hidup.
Teringat masa lalu
Besanku dan keluargaku memilih jalur hidup yang sama yakni menjadi dosen atau pensyarah dalam bahasa Malaysia. Teringat semua kisah hidup penulis dan istri yang menekuni profesi sebagai "Oemar Bakri". Tanpa uang berlimpah setamat sekolah penulis hanya jedah 3,5 tahun terus melanjutkan sekolah di negeri Lady Diana atau negeri raja Charles 3.
Setelah tiba di Inggeris penulis mengajak istri dan anak satu untuk bergabung menemani di sana selama 4,5 tahun. Tentu istri penulis yang CPNS harus rela melepas kepegawaiannya supaya tenang mendampingi suami. Bukan senang tetapi istri penulis mesti hidup keras mendampingi penulis karena harus bekerja menambah pundi uang karena beasiswa cukup untuk 1 orang saja.
Dalam keadaan begini jika penulis menjalani studi maka istri menjaga anak di rumah. Sebaliknya jika istri kerja  maka penulis yang menjaga anak. Selama di Inggeris Allah meniitipkan dua tambahan anak jadi pulang membawa 3 anak.
Menelpon anak
Pagi ini secara bergantian penulis menelpon dua a anak secara terpisah. Satu di Nilai satu lagi di Seri Petaling. Yang dinilai alhamdulillah tegar tapi baru menyadari bahwa kerasnya hidup tanpa keluarga. Yang di KL juga demikian. Tapi penulis menyatakan pada mereka bahwa kalian harus "survive" tak boleh cengeng, tak boleh sedih dan tak boleh takut. Zikirkan selalu dua kata berikut "Lakhaufun wala tahzanun". Â Jangan takut jangan sedih.
Penulis memberi tahu keduanya bahwa tindakan kalian sudah tepat yakni mengirim kecua abakmu, cucu penulis yang 2 orang itu ke tempat kakek neneknya. Tidak ada tempat yang paling bagus di muka bumi ini kecuali di rumah kakek dan nenek. Kalian juga masih kecil dulu dijaga oleh kakek dan nenek. Abahmu juga dijaga oleh kakek dan nenek. Maka selain dititipkan kepada kakek dan nenek jangan lupa dititipkan pada tempat paling baik untuk menitip yakni Allah swt.
Setelah menelpon kedua anak itu pagi ini tak urung jatuh juga air mata penulis. Karena ini juga pernah dan sering menjadi jalan hidup penulis. Penulis dalam menjalani hidup memang berada di kondisi yang keras. Inilah perjuangan hidup menuju kebahagiaan. Kedua anak penulis itu adalah "Doctorate degree holder" jadi tak ada profesi lain selain menjadi cikgu, menjadi pensyarah atau dosen. Selamat bertugas nak. Kalian ada dalam doa abah ummi, papa mama kalian dan selalu dalam penjagaan Allah. Â May God bless you always.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H