Kebiasaan penduduk langkap adalah selalu syukuran ketika anak, cucu, saudara yang memperoleh nikmat dari Allah swt. Naik kelas, dapat jodoh, mau sekolah, mau merantau dll mesti mengundang adik sanak untuk baca doa dan sedekah makanan. Dalam sejumlah kasus ada yang menyembelih kambing, kerbau atau sapi. Minimal menyembelih ayam, bebek atau lainnya.
Pada saat pesta menikahkan anak, keponakan, cucu atau saudara warga Lubuk Langkap biasa menebang pohon kelapa lalu memasak umbutnya untuk dihidangkan kepada tetamu.
Keluarga Lubuk Langkap juga punya kebiasaan atau adat menjamu tetamu pada saat tetangga menikahkan a anak atau keluarga mereka. Penulis teringat ketika keluarga ayah memberi jamuan kepada terangga yang menikah tahun 1970an. Pada kesempatan itu ibu memberikan sisa makanan yang dimakan oleh pasangan penganten kepada anak laki-lakinya. "Nanti kamu juga akan dapat istri yang cantik ya nak", kata ibu.
Warga Lubuk Langkap banyak yang merantau ini sebagai berkah dari sifat orang dusun ini yang lapang dada dan bisa bergaul. Lapang dada artinya tidak ingin mendapat warisan dari orangtua mereka melebihi dari apa yang sudah mereka terima yakni dibiayai sekolah sejak kecil. Harta yang ada mereka kasihkan kepada saudara yang tinggal saja. Mereka mencari karunia Allah di rantau. Alhamdulillah banyak atau seluruh warga Lubuk Langkap yang sukses di rantau seperti di luar provinsi Bengkulu bahkan di pulau Jawa.
Jayalah kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H