Bismillah,
Kakekku namanya Merinsan. Â Dia terkenal tukang "nggeruak". Tetapi disenangi oleh anak-anak di dusun Lubuk Langkap Air Nipis Bengkulu Selatan. Â
Kijang bertelur
Dengan senyum ramah kepada anak kecil dia cerita ke sana kemari. Salah satunya adalah kijang itu ada telurnya. Tentu saja itu tidak biasa tapi mengundang tawa anak kecil.Â
Mereka terus minta cerita lagi dan cerita lagi. Bagaimana wujudnya telur kijang akan dia jelaskan secara gamblang lalu mengundang tawa anak kecil.
Jadi Korban
Penulis paling senang kepada kakek saya dibanding orang tua saya karena kakek banyak cerita. Ceritanya tidak habis-habis. Dari cerita yang normal sampai yang tabu.
Mendengar cerita kakek kami tertawa lagi tertawa lagi. Dan dari waktu tak bosan mendengar cerita kakek. Tapi banyak di antara anak kecil menjuluki kakek penulis itu sebagai tukang geruak.
Tukang geruak itu adalah tukang ngarang, tukang bohong tapi lucu, walau kadang dia serius menyampaikan cerita yang bersangkutan.
Ketika ketemu para anak kecil atau yang agak dewasa pastilah berkomentar. Kemana nek.nggeruak, kemana wak geruak, kemana mamak geruak dll. Kakek mesem-mesem sambil membalas bahwa bukan beliau yang nggeruak tapi yang diajak bicara. Kau itulah fulan tukang geruak. Aku nggak. hehe.
Cerita nabi
Beliau banyak cerita para nabi versi dia. Dalam perjalanan karena anak cucunya mendengar juga maka cerita beliau dikoreksi dan beliau memperbaiki ceritanya lalu mebceritakan lagi kepada yang lain atau kepada penulis sendiri.
Bosan dengan cerita nabi beliau cerita bagaimana hidup di rantau. Beliau pernah merantau ke pasemah air keruh dan sekitarnya.
Sambil bekerja kami - penulis dan kakek asyik saling bercerita. Kakek tipe orang yang suka memberi cerita tetapi juga tipe orang yang simpatik dan mau mendengarkan cerita.
Kepada cucunya dia mengaku sebagai orang bodoh, orang yang pantas disalahkan oleh cucu beliau. Mendengar itu cucunya senang. Tidak mau menyalahkan orang.
Kakek penulis panjang tangan kepada tamu yang datang. Diberi makanan olehnya apa saja. Minimal kopi. Kalau sudah siang makan nasi. Kalau ada ubi dikasih ubi.Â
Nenek penulis yang perempuan memang setali tiga uang dengan kakek. Namanya Muntianan. Mereka sama suka menjamu tamu.
Tidak heran tamunya bawa oleh-oleh. Rezeki mereka juga barokah. Kakek selalu diajak menembak rusa. Dan bagian kakek juga tak pernah sedikit. Kebetulan rusa jaman tahun 1970an memang besar-besar dan dagingnya banyak.
Jayalah kita semua. Jayalah kakek nenekku.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI