Dan memang tidak semua mendapat bagian karena jumlah lemangnya terbatas, namun ada kesan seolah-olah yang terpilih mendapatkan lemang itu adalah  orang terhormat dan "Punya Nama."
Melihat itu, Penulis penasaran lalu menanyakan kepada seseorang Tokoh yang tidak perlu disebut identitasnya, dan dijelaskan bahwa itulah namanya Lemang pernikahan.
Lemang pernikahan untuk suku Serawai dan Pasmah bagian Bengkulu Selatan sudah merupakan adat-istiadat yang turun temurun.
Lah, kalau di Kota Bengkulu yang penduduknya heterogen, berasal dari berbagai daerah, apa masih relevan  ?.
Akhirnya Penulis paham kalau kerabat Penulis itu, belum mau meninggalkan semuanya, adat yang berlaku di kampung asalnya dulu, boleh jadi karena ingat bunyi pemeo di atas.
Majulah kita semua. # B. Nurman Bengkulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H