Mohon tunggu...
Supli rahim
Supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kenangan Puasa di Kampung Tak Mungkin Terlupakan

13 April 2022   06:06 Diperbarui: 13 April 2022   07:21 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu kecil sampai dengan SMP penulis masih banyak tidak sabarnya sewaktu berpuasa. Pernah juga sekali karena sangat haus penulis memecahkan puasa dengan memakan buah hutan waktu pulang dari kebun. Pulangnya penulis mengaku berpuasa.

Lama-lama penulis makin sabar dan makin menerima keadaan. Terkadang pernah juga menangis karena waktu  berbuka tidak ada yang dimakan karena ibu belum menyiapkan makanan maklumlah semua baru pulang dari sawah atau dari kebun.

Puasa membangun kejujuran

Jujur penulis terbentuk jiwa rela berkorban dan tahan menderita karena gembelengan ibadah puasa. Peran kakek nenek ayah ibu sangat melengkapi perjalanan hidup penulis. Makan sahur dan berbuka  bersama di desa merupakan momen yang tidak bisa dibeli. 

Apalagi dilupakan. Makan sahur dengan lauk ikan pelus, ikan semah serta daging rusa adalah momen yang susah dilupakan. Namun kesusahan hidup yang juga dihadapi tetap menjadikan diri tahan dalam semua keadaan. Sampailah penulis 5 tahun berpuasa di cuaca ekstrim yakni di Inggeris mampu dijalani dengan selamat.

Jalani Puasa di kebun

Penulis jika libur panjang terutama libur puasa ramadhan hanya menginap 2 atau 3 malam di rumah ayah ibu. Hari pertama libur bermalam 1 malam di rumah di desa Lubuk Langkap. Hari berikutnya sudah menginap di kebun bersama kakek dan nenek. Kakek penulis bernama Merinsan dan sedangkan nenek bernama Muntianan. Kakek suka cerita dan bergurau. Nenek tuli tetapi juga suka cerita.

Menyiapkan makan sendiri

Ayah dan ibu hanya menyiapkan beras, garam, terasi, ikan kaleng. Yang lain kami cari sendiri. Sering waktu menanak nasi kami memasukkan terong atau kacang panjang ke dalam nasi sebagai lalapan. Sementara sambal dan lauk makan kami mencari ikan dengan menjala di sungai Air Nipis. Kebun kami ada di Dataran Kepahyang, 7 km sebelah barat daya desa kami.

Nikmatnya puasa di kebun

Yang membuat puasa yang penulis jalani adalah hidup penuh semangat karena bersama kakek dan nenek. Selalu dipuji disanjung. Selalu diajak cerita sambil bekerja. Tak terasa sudah sahur lagi  sudah berbuka, sudah lebaran. Kakek saya memang menjadi partner penulis untuk cerita dan bersenda gurau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun