Jika harga mahal semestinya diturunkan untuk rakyat yang miskin, rakyat kecil, rakyat yang hidup susah. Tidak perlu kita samakan denga harga pasar dunia. Mengapa? Karena standar harga pasar dunia adalah dolar Amerika Serikat. Sementara prestasi perekonomian kita sudah terdevalasi 3800 persen sejak merdeka. Sehingga nilai mata uang kita bahkan tidak lebh baik dari nilai mata uang Vietnam Dong sekalipun. Nilai mata uang kita hampir terburuk di Asia Tenggara bahkan dunia.
Padahal sawit kita terluas di dunia
Jika diakumulasikan berapa luas kebun sawit milik Indonesia sebagai bangsa dan negara maka lihatlah pulau Jawa. Panjang pulau Jawa 1000 km lebih lebarnya ratusan kilometer. Ternyata kebun sawit kita lebih luas dari pulau Jawa. Tetapi malang tak bisa dielakkan karena kebun sawit yang luas itu tak bisa dijadikan alat untuk meredam kenaikan minyak goreng. Sesudah langka dan sesudah terjadi antrian panjang untuk memperolehnya kini harga eceran tertinggi ditarik oleh pemerintah. Pemerintah membiarkan air bah harga minyak goreng mengikuti harga pasar dunia.Â
Jika harga CPO dunia mencapai Rp 15 ribu maka secara otomatis demikian juga harga dasar pembuatan minyak goreng. Kenapa? Karena pemerintah tidak ingin menganggu keuntungan yang akan diperoleh oleh pengusaha perkebunan dan industri sawit. Â Demikian juga harga minyak BBM asal sawit seperti Dexlite juga melambung balon ditiup angin ke udara.
Negeriku jangan menangis
Wahai anak negeri, kalian sudah terbiasa dengan kebijakan yang kurang bijak, kalian sudah terbiasa miskin walau negaramu kaya, kalian sudah terbiasa terjepit walau kalian adalah pemilik negeri yang sah. Wahai anak negeri tetaplah sabar, tabah dan semangat untuk menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan. Jika kita mati kita akan bahagia jika kita menjaga dua kaliamat syahadat pada setiap solat kita. Jangan betkecil hati walau apa jua yang terjadi. Allah memperhatikan jeritan hati kalian, Allah memperhatikan kesusahan dan penderitaan kalian. Dunia hanya sementara. Akhirat yang abadi abadi.
Jayalah bangsa dan negaraku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H