Bismillah,
Alhamdulillah. Allahumma shaliala muhammad. Kita umat Muhammad mesti melakukan interospeksi diri apakah kita ikut nabi atau tidak. Jika ikut nabi maka kita tentunya tidak egois, selfis, tak peduli dengan orang lain. Tulisan ini mencoba menguak apakah nabi banyak berdakwah atau hanya beribadah saja.
Tidak salah beribadah
Nabi Muhammad saw sangat tekun beribadah. Ketika ditanya oleh istrinya kenapa dia sampai bengkak-bengkak kakinya maka beliau menjawab: "bolehkah saya bersyukur pada rabbku". Nabi menghidupkan qiyamul lail, menangis sepanjang malam, berdoa kepada Allah untuk kemajuan islam. Nabi mendakwahi siapa saja di Mekkah, di Madinah, di Thaib. Malamnya dia menghidupkan solat malam, doa, menangis pada Allah.
Banyak berdakwah
Nabi banyak berdakwah. Dia dengan rombongan mendatangi setiap penduduk Mekkah, Madinah maupun penduduk Taib. Tentu saja dia menggunakan bahasa yang bijak. Tidak memaksa. Dia mengenalkan diri dengan baik bahwa dia adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Nabi terakhir dst.Â
Bagaimana nabi berdakwah?
Nabi berdakwah sangat sopan, bijak dan sabar. Kepada keluarganya dia mendatangi mereka secara berkala. Terkadang dia menjamu perkumpulan keluarga yang dia ajak ke jalan Allah. Atau pendanaan itu datang dari sahabat beliau. Berdakwah dengan sangat hati-hati dan disesuaikan dengan kondisi otang tersebut. Dengan orang Yahudi buta, nabi memberi pelayanan berupa melumatkan makanan sampai halus. Nabi tidak mengenalkan diri tetapi cukup memberikan pelayanan setiap hari melumatkan makanan dan memberikannya kepada beliau. Setiap kali memberi makan, nabi Muhammad dicaci dan dihina secara verbal.
Bahkan Yahudi itu memberi tahu nabi bahwa mestinya anda saja yang jadi nabi. Ini karena Yahudi tersebut tidak tahu siapa yang memberinya makan. Tetapi suatu saat setelah nabi meninggal, dia menyatakan memeluk islam.Â
Di Thaib