Mohon tunggu...
Supli rahim
Supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Alhamdulilllah, Allah Mengujiku Dengan Umur Panjang

10 Januari 2022   04:03 Diperbarui: 10 Januari 2022   08:06 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Suatu hari aku membandingkan umur kakekku, ayahku dan aku. Kakekku ketika meninggal 93 tahun, ayahku 77 tahun dan aku aljamdulillah masih menunggu giliran. Berapa tahun? Waallahualam. Tapi tak lama lagi. Karena kita manusia hanya diberi jatah sehari sehari. Besok masih insyaa Allah masih bernafas.

Kakekku hanya sekolah sehari

Kakekku hanya sekolah sehari pada zaman Belanda. Karena itu dia bertahan sebagai buta huruf. Tapi hatinya terang benderang. Saya yakin dia mati husnul khotimah karena pingsan pas solat subuh. Pagi jelang siang meninggal. Saya menyesal karena saat dia meninggal saya sedang menguji mahasiswa untuk jadi sarjana. Saya juga saat itu masih hidup susah. Tapi saya bersyukur karena saya membawa umur historis kakek. Saya yakin bahwa pahala dari amal ibadah saya mengalir pada kakek sampai hari kiamat.

Ayah saya hanya kelas 3 SD

Kekaguman saya pada ayah adalah karena di paling sering memarahi saya tetapi banyak teladan yang saya terima dari ayah. Ayah menyekolahkan saya walau hidup susah. Ayah walau paling banyak memarahi saya tetapi dia memberi contoh konkrit pada saya. Dia sangat baik pada ayah ibu mertua, saudara kandung, ipar, keponakan. Tangannya suka memberi. Dia mrnyelolahkan saya dari Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah, SMP Negeri Manna dan SMA Negeri Manna, lalu melanjutka  kuliah di UNSRI.

Setelah tamat kuliah walau masih status honorer sebagai dosen, saya mulai ingin "mengembalikan" biaya yang ayah keluarkan menyekolahkan saya. Caranya? Saya menyekolahkan adik-adik saya. Pertama, ada adik saya yang bersekolah SMP, satu lagi SMA. Saya bawa ke Palembang. Ayah Ibu masih di desa Tanjung Baru alias Lubuk Langkap Seginim Bengkulu Selatan.

Setelah 2 tahun berjalan, saya membujuk ayah ibu, kakek, adik-adik semuanya pindah ke Palembang, 500 km dari desa saya. Pikir saya kala itu adalah supaya saya bisa menyekolahkan semuanya. Termasuk ayah ibu, kakek dan adik-adik semua. 

Bagaimana "menyekolahkan" ayah dan ibu? Caranya saya belikan lahan di pinggir kota palembang. Sekolahnya adalah membuka lahan dengan cara yang lebih modern yakni dengan panca usaha tani. Alhamdulillah saya ajari dengan membuat demplot pemupukan, pengapuran dan pengolahan tanah. Adik-adik yang masih berumur SD 2 orang, SMP 1 orang, SMA 1 orang dan 1 orang kuliah. Tapi yang masuk kuliah ini baru berapa bulan sudah dipinang anggota Brimob sehingga tugas saya menikahkan ybs.

Membelikan Rumah dan tanah

Ketika masih masih kuliah ayah saya banyak berkorban untuk saya. Tidak mungkin saya bersekolah tanpa campur tangan ayah saya. Saya hanyalah seonggok daging dan tulang yang masih rapuh. Ayah mengantar ke Madrasah di kampung, lalu mengantar saya bersekolah SMP dengan berjalan kaki 30 km, selanjutnya ke SMA dan ke Universitas. Saya benar-benar terhutang budi dan materi pada ayah ibu kakek dan juga saudara-saudaraku. Ketika ke Universitas, ayah mengantar saya seoramg bintara TNI ke asrama tentara lalu menemui dosen di PT tersebut. Terbukalah fikiran saya. Beliau tidak ada kenalan di kota. Beliau ongkosi mertua tentara itu pergi bersama kami. Tentara itulah membawa kami kepada target yang ingin ditemui untuk "membuka jalan" kami masuk ke Universitas.

Karena itu walau berhutang, saya berusaha dengan doa ayah ibu membeli tanah untuk rumah dan untuk ayah dan ibu berkebun. Alhamdulillah barokah. Rumah bisa dimanfaatkn untuk keluarga ayah berteduh, sampai puluhan tahun. Nantinya setelah adik-adik semua tamat kuliah, rumah tersebut dijual dan diberikan pada ayah untuk membeli rumah di Bengkulu. Tanah kebun dikembalikan kepada saya karena ayah membeli tanah di tempat lain. Setelah 28 tahun tanah itu dujual. Uangnya untuk menyekolahkan anak-anak saya yang bersekolah di Luar Negeri dan dalam negeri.

Gaji diberikan pada ibu dan ayah

Selama saya masih bujang yakni sekitar 3,5 tahun seluruh gaji diserahkan pada ayah dan ibu. Saya sempat bekerja di perusahaan Asing dan bergaji standar dolar. Semua saya serahkan pada ayah dan ibu. Demikian juga waktu saya kuliah di Inggeris selama 5 tahun. Saya pamit dengan istri untuk menyerahkan gaji dan beras pada ayah ibu. Pulang dari Inggeris masih menyekolahkan adik-adik. 3 Orang tamat jadi Sarjana. 2 tamat SMA. 

Balasan Allah

Balasan Allah dari berbuat baik kepada keluarga saya berlipat-lipat. Pertama, sewaktu saya menjalankan studi di Inggeris istri saya berhenti jadi CPNS. setelah pulang istri jadi CPNS lagi. 24 tahun berikutnya dianugerahi jabatan tertinggi di universitas yakni dianugerahi jabatan Profesor atau Guru Besar.

Kedua, setelah kami memberikan uang hasil jual tanah dan rumah pada ayah dan ibu sebesar Rp 13 juta, kami juga Allah percaya memmiliki tanah untuk rumah dengan luas lebih 2x tanah yang diberikan kepada ayah dan ibu dengan harga sama dengan uang yang dibrrikan kepada ayah dan ibu. Bedanya tanahnya hanya dibalik tembok perumahan yang lumayan mahal. Tanah dan rumah kami itu setelah 8 tahun pernah ditawar orang sekitar 9000 persen dari nilai beli pertama. Ketiga, ketika kami selalu menyekolahkan adik-adik kamipun diberikan kemudahan untuk menyekolahkan anak-anak kami. Saya diberi Allah kesempatan untuk jadi Profesor VK 7 di Perak Malaysia selama 3 tahun karena 3 anak kami sedang kuliah di tempat yang bayarannya mahal untuk ukuran gaji PNS kala itu. 1 orang di Kedokteran Gigi, 1 orang di Fasilkom dengan program bilingual dengan kewajiban kuliah satu semester di Malaysia, 1 orang lagi kuliah di UUM Kedah Malaysia. Sisanya 2 orang lagi tengah belajar di SMP dan SD.  Jika tidak Allah beri pekerjaan di Perak tak mungkin kami mampu meyekolahkan anak di PT yang mahal kala itu. Gaji saya dan istri hanya cukup untuk membayar cicilan angsuran rumah karena lami membangun rumah yang lunayan besar kala itu. Rumah itu lunas dibayar setelah satu tahun saya pulang dari mengabdi di Malaysia. Masa pinjam uang untuk bangun rumah adalah 12 tahun.

Pergi haji 

Saya dan istri bak dalam mimpi bisa pergi haji. Kenapa? Karena banyak tanggungan dan banyak cicilan. Saya dan istri baru saja menyelesaikan tanggungan menyekolahkan adik-adik, membayar hutang rumah, dan kredit kendaraan. Anak sulung juga ingin melanjutkan ke PT. Sementara uang terbatas bahkan nyaris tidak ada. Pada tahun 2001 saya dipinjami teman untuk huruj 40 hari ke Malaysia dan Thailand. Selama di sana saya menangis di setiap shalat karena dekat sekali dengan Allah. Maklum menginap dari masjid ke masjid.

Kebetulan lagi bulan haji. Pada saat itu penduduk muslim di Ya'la dan Naratiwat menunaikan ibadah qurban. Mereka potong sendiri menyedekahkan nasi dan gulai sapi qurban kepada para tamu, tetangga dan jemaah masjid. Saya teringin pergi haji. Pulang dari huruj 40 hari saya ijin pada istri untuk buka tabungan ONH. Istri geleng-geleng kepala karena uang sedikiy tapi mau pergi haji. Alhamdulillah 17 bulan berikutnya yakni desember 2003 kami diberangkatkan Allah untuk naik haji bersama jemaah haji Pertamina Plaju.

Sebelum berangkat haji Allah titip uang yang memadai untuk biaya haji, untuk biaya anao sulung kuliah dan untuk tabungan jika kamintak pulang.

Ayah dan ibu umroh ramadhan

Sebelum berangkat haji saya dan istri serta anak-anak pamit pada ayah dan ibu di Bengkulu. Minta ikhlas mereka mengijinkan kami lebih dahulu daripada mereka. Mereka ikhlas. Tahun depannya ayah dan ibu saya usahakan melaksanakan ibadah umroh ramadhan.Alhamdulillah mereka senang sekali. Mamh pahalanya sama dengam hani bersama rasulullah. 9 tahun berikutnya setelah ayah meninggal saya bisa membaya ibu, anak-anak, cucu, beserta istri melaksanakan umroh bersama.

Hidup adalah ujian dari Allah

Setelah dijalani dengan ikhlas terasa betul bahwa hidup ini adalah ujian dari Allah. Saya dan istri telah dititipi 5 anak, 2 mantu dan 5 cucu. Semoga saja saya dan istri serta anak cucuku tahu membawa diri  bisa berempati dan bersimpati pada orangtua kami dan orangtua mereka. Sehingga bisa lulus dalam menjalani hidup yang serba instan ini. 

Selama menjalani ujian hidup ini tentu ada saja yang enak dan tidak enak. Tetapi kita mesti mensyukuri apa saja keadaan kita. Banyak mengucapkan kata alhamdulillah setiap hati lalu dihayati dalam hati lalu diekspresikan dengan amal perbuatan yang soleh. Terima kasih ya Allah karena telah menganugerahkan hidup yang bermakna dan barokah. Saya bersyukur telah mampi memperpanjang usia historis kakek nenek ayah ibuku melalui mendoakan mereka dan membelanjakan harta kami di jalan Allah. Harta kami pada hakekatnya adalah harta ayah ibu kami. Karena kami adalah gabungan dari telurbibu dan sperma bapak. Setelah lahir dopelihara dan dibesarkan, disekolahkan dan dinikahkan. Terima kasih ya rabb atas segala nikmat yang Engkau berikan kepada kami. Terima kasih kepada istri, anak dan mantu serta cucu yang terus menambah umur historisku. Walalahualam bishawab.

 Jayalah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun