Mohon tunggu...
Supli rahim
Supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mohon Izin Memberi Saranan pada PM Malaysia dan Para Menteri Besar

20 Desember 2021   10:15 Diperbarui: 23 Desember 2021   16:33 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah,

Saya Supli Effendi Rahim pernah berkhidmat di Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) selama tiga tahun yakni antara Jun 2008 sehingga Jun 2011. Saya bermukim di Selangor tepatnya di Taman Bernam daerah Ulu Bernam Selangor. Sementara itu saya berkhidmat di perak trpatnya di kampus UPSI Tanjung Malim Perak Malaysia. Oleh karena itu saya mohon maaf untuk memberi saranan kepada datuk-datuk atau datin serta yang amat berhormat PM Malaysia.

Sebagai tanda terima kasih saya

Saya menulis surat ini adalah tanda terima kasih saya kepada rakyat Malaysia yang sudi menerima saya dengan baik selama saya mengajar di UPSI maupun selama saya menyelia pelajar saya di banyak sekolah menengah di Perak, Kelantan, Kuala Terengganu maupun di negara bahagian lain.

Pemahaman saya tentang banjir di Malaysia

Banjir di Malaysia sama dengan di Indonesia atau di bumi lain yakni disebabkan tidak mampunya sistem lingkungan atau alam sekitar (environmental systems) untuk meresapkan jutaan meter kubik air yang jatuh dari langit ke kawasan aliran sungai atau river catchments areas. Ada sejumlah penyebab mengapa sistem lingkungan kita tidak mampu meresapkan air ke dalam bumi sehingga terjadi banjir. Pertama, deras dan lamanya berlangsungnya hujan pada sebuah river catchment. Sebut saja sebuah river catchment di Lembah Kelang Malaysia.

Kedua, banyaknya pembangunan perumahan dan pembangunan pertanian, infrastruktur dalam wilayag manapun di Malaysia. Pembangunan ini akan menurunkan nilai infiltrasi tanah, sehingga semua air terakumulasi menjadi banjir.

Simulasi banjir

Banjir yang terjadi di Pahang, Selangor, Kelantan, Terengganu,Kuala Lumpur adalah berbanding lurus dengan banyaknya hujan yang jatuh ke bumi (mm/jam), luas wilayah (hektar) dan catchment characteristics (% of curah hujan yang menjadi runoff) . Diketahui bahwa jumlah curah hujan  yang jatuh pada 17 dan 18 Desember 2021 adalah sebesar 247 mm.  Ini setara dengan ketebalan air 24,7 cm. 

Bayangkan jika hujan membasahi kawasan Pahanh dengan areal 3 5 juta hektar, kawasan Selanggor 1 juta hektar dan kawasan ibukota Kuala Lumpur yakni 24.300 hektar. Maka air yang harus dialirkan melalui kawasan yang tidak lebar dan arealnya terbatas. Maka terjadilah banjir yangbesar sekali. Dengan asumsi air yanh jadi runoff adalah 70 persen saja akan menyebabkan timbulan runoff di sungai-sungai dan kawasan rendah di Pahang, Selangor dan Kuala Lumpur dengan debit sekitar  750 ribu  meter kubik per detik di Pahang, 250 ribu m3 per detik di Selangor, dan 8 ribu m3 per detik di Kuala Lumpur.

Antisipasi Banjir in the long term

Integrated rainfall water harvesting can be the only choice to cope with such a huge flood that take place in places like Pahang, Selangor and KL. Saya mengerti bahwa di semua negara bagian Malaysia flood mitigation is good enough in lower places and near rivers. Namun demikian rainfall harvesting is not done yet especially in upper part such as rubber and oilpalm plantion. Very little rainfall harvesting is made to collect huge amount of rainfall di the upper land  and high land areas. 

High land areas in Pahang and Selangor mestinya dibuat sistem of rainfall harvesting in building, houses, agricultural land etc. 

Demikian surat terbuka saya untuk PM Malaysia dan Menteri Besar Selangor dan Pahang serta mayor of Kuala Lumpur. 

Jayalah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun