Bismillah,
Pembaca dan penulis punya masa lalu yang susah untuk dilupakan.Â
Mengapa ?Â
Karena kita punya memori yang terekam dengan baik di dalam memori otak kita dan juga di dalam jiwa kita.Â
Karena itu aneh jika ada orang yang melupakan masa lalunya dan hanya ingat sebagian saja.Â
Tulisan ini mencoba menuliskan kenangan masa lalu penulis sewaktu menjalani hidup di dusun Lubuk Langkap Air Nipis dulunya Seginim kabupaten Bengkulu Selatan Bengkulu.
Airnya jernihÂ
Lubuk langkap berada di sebelah timur laut kota Manna berjara sekitar 30 km. Dusun ini berjarak 3 km sebelah utara desa Palak Bengkerung. Baik Palak Bangkerung maupun Lubuk Langkap ada bendungan irigasi untuk mengairi sawah pafa bagian hilir kedua wilayah tersebut. Hanya saja bendungan Lubuk Langkap hanya untuk mengairi sawah puluhan hektar sawah, sementara bendungan Palak Bengkerung dapat mengairi ratusan bahkan ribuan hektar sawah.
Sungai, Bukit, gunung, dan sawahÂ
Ketika dulu berjalan kaki mau meninggalkan atau ketika pulang kampung kami dusun Lubuk Langkap, kami akan disajikan pemandangan yang indah. Bahwa desa kami berada di sebelah kiti sungai yang airnya jernih yakni Air Nipis. Kami akan disuguhi bukit Riki, lalu sawah ada membentang di kiri jalan dan kanan jalan kami. Demikian juga pada kejauhan ada  gunung dan bukit barisan dan tegak membiru di kaki langit di bagian timur.
Ketika meninggalkan desa, kami seakan dilepas dengan lambaian tangan oleh bukit, sawah, gunung dan sungai. Buliran air mata rindu menghiasi kepergian atau kedatangan kami di tanah kelahiran kami yang indah ini.
Mencari ikan
Mencari ikan adalah bagian dari kehidupan kami warga desa Suka Maju yang bermukim di dusun Lubuk Langkap.  Kami mencari ikan dengan berbagai metode. Ada yang pakai jala, pakai jaring, pakai tuba atau menggunakan  perasan air rumput yang hidup di sawah yang dalam istilah kampung kami sebagai tumbuhan "ghabai".  Pada kesempatan lain kami memasang pancing yang diberi umpan ikan kecil. Pancing ini dikebal dengan taut. Pancing ini untuk menangkan ikan pelus. Ikan favorit desa kami.
Metode menangkap ikan lain adalah "bekarang" yakni mencari ikan dengan menggunakan berbagai macam alat tangkap dengan cara bermalam di bagian hulu sungai besar seperti Sungai Air Ndelengo. Jumlah peserta pada pencarian ikan dengan metode bekarang ini bisa 4 hingga 5 orang.
Masak di pulau
Baik untuk makan siang, makan malam dan makan pagi anggota grup bekarang saling bantu.untuk menyiapkan masakan. Ada yang menanak nasi, ada yang memasak gulai ikan, atau ada yang memanggang ikan. Ada juga yang menyiapkan sambal cabai. Pendek kata ada kebersamaan yang susah dilupakan dalam proses bekarang itu.Â
Mengasap ikan
Jika dapat ikan dalam jumlah banyak maupun sedikit tetap dilakukan pembersihan kotoran ikan yang selanjutnya diasap menggunakan api. Ikan asap diletakkan di atas para-para rendah yang diberi api di bawahnya. Sambil menunggu ikan kering anggota grup ngobrol ke sana kemari. Satu atau dua anggota grup itu biasanya adalah anggota keluarga yang sudah bertahun-tahun merantau di kota. Proses bekkarang ini sebenarnya adalah sebagai ajang "obat rindu" dengan anggota keluarga yang lama tak pulang kampung karena sekolah atau bekerja d8 kota..
Anggota grup akan tertidur pulas tidur di bawah pondok yang dibangun "berkasurkan" pasir atau tanah yang dialasi daun puar atau lainnya.
Besok pagi-pagi anggota grup melaksanakan tugas masing-masing yakni mencari ikan dengan menjala, mengambil taut, menjaring dan sebagainya. Tetapi tak lama anggota grup sudah kumpul umtuk makan pagi dan minum kopi pagi. Begitu seterusnya hingga 3 atau 4 hari. Setelah itu pulang ke rumah masing-masing.Â
Mencari durian hutan
Pekerjaan lain selama di desa yang susah dilupakan adalah mencari durian hutan yang diberi nama durian daun atau selebang. Durian hutan ini pohonnya tinggi tapi buahnya lebat  Pencarian buah durian hutan ini punya risiko ketemu harimau yang membahayakan keselamatan kami. Karena itu kita harus membuat suara keras pertanda ada manusia yang sedang mencari durian. Atau kakek saya sering berjata : "kita ini sama-sama makhluk tuhan" karena itu dilarang saling mengganggu. Jika ada yang bisa membaca ayat kursi maka selama dalam.hutan itu membaca ayat kursi. Alhamdulillah jarang diganggu oleh sang raja hutan itu.
Pergi ke kebun
Kerja di sawah
Pergi ke kalangan
Pergi merantau
Jayalah kita semua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI