Mohon tunggu...
Supiyandi
Supiyandi Mohon Tunggu... Freelancer - IG: @supiyandi771

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Suara Perlawanan

23 Juli 2019   17:59 Diperbarui: 23 Juli 2019   18:03 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

0 Advanced issues found▲ 

Dari Pengasingan Keadilan Kuluapkan Perasaan

Aku masih melihat segala peristiwanya

Masih menunggu yang melempar binasa

Pada si Lemah tanpa perlawanan

Baca Juga: Baik dan Buruk Proyek OBOR bagi Indonesia

Dari Pengasingan keadilan aku berteriak

Yang nasibnya di permainkan

Seperti diperankan dalam kisah

Seperti lakon wayang yang dikendalikan dalang

Dari pengasingan keadilan aku dengar bisikan

Kau tetaplah diam, perutmu akan ku isi dengan makanan

Tapi kau harus diam dan jangan melawan

Jika tidak kau akan tau, kubinasakan

Tapi kau lupa kalau orang tertindas akan terus melawan

Baca Juga: Pemasaran Karet Alam dan Permasalahannya di Sumatera Selatan 

Dari pengasingan keadilan

Kucoba merangkak dari kelemahan

Bergerak, bersuara, berteriak, menggalak kekuatan

Mungkin dalam senyap, seperti angin sepi, namun terus membsisik

Tapi itu akan menjadi boomerang kekuasaan

Biarpun langkahku digoyangkan

Namun aku akan tetap melawan

Aku melihat tetanggaku haru

Aku melihat adikku menangis kurang susu

Aku melihat kemiskinan yang dibuat dipelihara

Aku melihat hukum menindas keadilan

Aku dilahirkan untuk melawan

Padamu aku berbicara

Padamu aku beri ancaman

Berhenti atau aku akan terus melawan

Aku akan tetap bertahan dibalik tembok

Yang telah kusemai benih

Benih keyakinan untuk mewujudkan kemanusiaan

Kemanusiaan yang adil dan beradab

Baca Juga: Meningkatkan Ekonomi Desa dengan Pengembangan Wisata

Aku dilahirkan untuk melawan

Dari penindasan yang telah mengajariku

Ia laksana guru yang selalu membisik

Teruslah memberontak, merontah demi kebebasan dan kemerdekaan

Aku di intimidasi, dikriminalisasi, dijeruji

Tapi ingat, suara perlawananku akan terus berdengung

Memekikan telinga kesombongan kekuasaan

Ia akan membumi dan mengejarmu seperti hantu

Hantu yang menakutimu disiang bolong

Aku akan mengutukmu dalam rasa bersalah dan amukan sejarah//

Baca Juga: Puisi Karya Supiyandi:

Puisi | Gelandangan

Puisi | Anak Yang Terlantar

Puisi | Mahasiswa Pinggiran

Puisi | Bait Senja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun