Rabu malam kamis kemarin, kampus mengadakan tabligh akbar penyambutan bulan suci Ramadhan dan kami diwajibkan untuk datang ke masjid mengikuti kajiannya. Kajian di isi oleh seroang dai' muda dan kondang yang dijuluki ustaz cinta..
Temanya Menyambut Ramadhan dengan cinta, tapi yang mau aku tulis salah satu ceramah beliau ini.
Manurut ustaz cinta, ada 4 ciri bahagia;
1. mempunyai pasangan yang shalih
2. Tetangga yang shalih
3. teman-teman yang shalih
4. dapat bekerja di negeri sendiri.
Sebenarnya, dalam kalimat-kalimat di atas rasanya sudah ideal bagi kita seorang muslim. Tapi, coba baca berulang-ulang kalimatnya.
Kenapa pasangan harus jadi tolok ukur bahagia? Kenapa harus punya teman dan tetangga shalih dlu baru dilihat sebagai pribadi yang bahagia? dan keapa kerja di negeri sendiri juga tolok ukur bahagia menurut ustaz cinta?
Menurut uztadz tersebut, kenapa pasangan menjadi ukuran baagia seseorang, karena banyak orang salah pilih pasangan makanya kawin cerai. Eits,, tunggu deh... Buakannya cerai itu suatu hal yang dibolehkan, walaupun dibenci oleh Allah. Dan menurut saya pribadi, kalau memang salah pilih, dan akhirnya cerai, bukan kawin cerai nya yang salah, tetapi mindset awal kita dalam memilih pasangan hidup.
Banyak dari kita, utamanya para wanita masih terikat dengan tuntutan orang-orang zaman dulu.. Yang harus menikah bukan karena memang sudah mampu membina rumah tangga, tetapi karena tuntutan, baik keluarga, tuntutan dari lingkungan dia tinggal, tuntutan karena teman-temannya semua sudah menikah jadi dia juga harus menikah. Banyak orangtua menyuruh sang anak menikah karena hal-hal itu, tapi jika si anak tidak memiliki pondasi ilmu yang cukup kuat untuk berumah tangga, jangankan bahagia yang akan datang.