Sebelum berangkat ke Australia sempat taping untuk acara Perspektif (Binus TV) yg akan tayang tanggal 4 April 2019 jam 13.00 WIB
Membahas tentang Ekonomi NTB pasca gempa dan upaya yang seharusnya di lakukan untuk percepatan recovery ekonomi, juga dikaitkan dengan peluang pertumbuhan ekonomi yg di dorong oleh Investasi di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.
70% pendudukan NTB mendiami pulau Lombok, sebelum gempa jumlah penduduk miskin di NTB sebanyak 737 ribu jiwa (14,75%). Gempa yg terjadi beberapa bulan lalu memiliki dampak penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,5% dan meningkatkan jumlah penduduk miskin menjadi 806 ribu jiwa (15.88%).
Bencana gempa bumi ini juga menyebabkan kerusakan di 7 kab/kota yg nilai nya mencapai 12,4 triliun rupiah dan kerugian sebesar 2,49 triliun, untuk memulihkan kembali dibutuhkan anggaran sekitar 10,19 triliun rupiah.
Untuk recovery di butuhkan kolaborasi semua pihak; pemerintah, industri, NGO dan masyarakat. Pasca gempa, presiden Jokowi sudah berkunjung ke NTB dengan membawa harapan dan bantuan. Bantuan yg berasal dari pemerintah pusat sudah diberikan secara bertahap melalui berbagai jenis program.Â
Pemerintah daerah juga sudah melakukan upaya maksimal dalam penanganan bencana, meskipun banyak hal yg bisa dikritisi seperti kurang nya program mitigasi bencana padahal NTB merupakan daerah yg memiliki potensi bencana cukup tinggi.
Khusus sektor pariwisata, sepertinya pemerintah daerah dan industri pariwisata tidak memiliki perencanaan yg baik tentang penanganan wisatawan jika terjadi bencana. Terbukti para wisatawan yang sedang berlibur di NTB pada saat itu panik dan beberapa menjadi korban, kedepan nya pemerintah daerah dan industri pariwisata wajib memiliki perencanaan ini.Â
Selanjutny, dari sisi NGO - relawan nasional dan lokal berduyun-duyun ke NTB memberikan bantuan seuai dengan kapasitas yg mereka miliki.
Gempa bisa menjadi bencana sekaligus berkah bagi masyarakat NTB, bencana karena menimbulkan kerugian yg cukup tinggi dan berkah itu sendiri ditandai dengan atensi yg tinggi tergadap NTB (semua media memberitakan NTB).Â
Meskipun terjadi bencana, pandangan positif masih bertengger di NTB, terbukti dari tinggi nya permintaan untuk investasi di NTB saat ini.
Saat ini NTB menjadi primadona untuk menanam masa depan, pemerintah pusat dan daerah berkolaborasi untuk mewujudkan NTB yg lebih baik. Tahun 2021 akan di gelar Moto GP di sirkuit Mandalika, ini akan mendatangkan wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Mulai dari pembalap, makanik, para sponsor dan tentunya para fans fanatik Moto GP.
Oleh karena itu, kesempatan ini harus di siapkan dan dilaksanakan secara excellent. Jika tidak maka NTB hanya akan menjadi tempat nonton saja, sementara aktifitas lain seperti belanja , menginap, berwisata dll akan dilakukan di pulau tetangga. Karena pulau tetangga sudah memiliki infrastruktur dan pelayanan yg excellent bagi tamu yg mengunjunginya.
Kunci utama untuk excellent adalah sumber daya manusia NTB yang siap, open-minded dan tidak gemetaran menghadapi orang asing. Terimakasih LPDP yg sudah memberikan beasiswa kepada 600 an lebih pemuda/i NTB untuk kuliah di luar dan dalam negeri.Â
Apresiasi yang tinggi kepada Gubernur NTB yg sudah mengirimkan pemuda/i NTB belajar di luar negeri sejak tahun 2018, diperkirakan tahun 2020/2021 mereka akan lulus dan siap tempur, bergabung dalam barisan mewujudkan NTB gemilang.
Untuk BUMDES - UMKM NTB, ambilah bagian menjadi produsen makanan, pakaian dan oleh-oleh khas NTB. Jutaan wisatawan siap membeli produk anda, mereka sudah membangun imajinasi betapa unik dan masyhur nya karya bapak-ibu warga NTB.Â
Manfaatkan dana desa yg digelontorkan oleh pemerintah pusat, khusus NTB rata-rata per desa memperoleh 1,3 miliar rupiah per tahun. Jumlah yang banyak untuk membuat warga desa sejahtera. Jangan lagi adagium yg mengatakan bahwa NTB itu Nasib Tergantung Bali. Kita buat Indonesia (khusus pariwisata) tergantung NTB.
Analisis lengkap nya bisa ditonton langsung...
Semoga bermanfaat untuk pemerintah dan masyarakat NTB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H