Salah satu agenda prioritas pembangunan wilayah oleh Presiden Jokowi melalui Konsep Nawacita adalah pembangunan kemaritiman. Pembangunan kemaritiman tidak lagi diposisikan sebagai sektor pinggiran (peripheral sector) tetapi dipandang sebagai motor penggerak perekonomian nasional sekaligus menjadi sumber kemajuan dan kemakmuran masyarakat Indonesia.Â
Pembangunan dan pengembangan sektor maritim menjadi prioritas pemerintahan Jokowi karena selama ini pembangunan ekonomi Indonesia hanya terfokus dan bertumpu pada pembangunan ekonomi di daratan saja. Padahal jika dilihat dari sisi potensinya, sektor maritim Indonesia memiliki potensi yang sangat besar yang sampai saat ini baru sekitar 20 persen saja yang berhasil dimanfaatkan. Apabila potensi sektor maritim ini dapat dikelola dan dimaksimalkan oleh pemerintah, tentunya akan dapat memberikan nilai tambah yang cukup signifikan terhadap pembangunan nasional.
Potensi ekonomi maritim Indonesia terdiri dari kekayaan laut yang berupa sumber daya alam yang dapat diperbarui seperti perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, rumput laut, dan produk-produk bioteknologi. Selanjutnya ada sumber daya alam yang tak dapat diperbarui seperti minyak dan gas bumi, timah, bijih besi, bauksit, dan mineral lainnya. Terdapat juga potensi energi kelautan; pasang-surut, gelombang, angin, dan OTEC atau Ocean Thermal Energy Conversion.
Potensi perikanan tangkap Indonesia sebesar 6,5 juta ton/tahun, sekitar 8 persen dari total potensi produksi lestari ikan laut dunia (90 juta ton/ tahun). Lebih dari itu, Indonesia memiliki keanekaragaman genetik, spesies, maupun ekosistem laut tertinggi di dunia yang dikenal sebagai mega-marine biodiversity. Secara potensial, nilai ekonomi total dari produk perikanan dan produk bioteknologi kelautan Indonesia diperkirakan sekitar Rp984 triliun per tahun.
Hampir 70 persen produksi minyak dan gas bumi berasal dari kawasan pesisir dan laut. Berdasarkan data geologi diketahui Indonesia memiliki 60 cekungan potensi yang mengandung minyak dan gas bumi. Dari seluruh cekungan tersebut diperkirakan mempunyai potensi sebesar 11,3 miliar barel yang terdiri atas 5,5 miliar barel cadangan potensial dan 5,8 miliar barel berupa cadangan terbukti. Selain itu diperkirakan cadangan gas bumi adalah 101,7 triliun kaki kubik yang terdiri dari cadangan terbukti 64,4 triliun dan cadangan potensial sebesar 37,3 triliun kaki kubik.
Untuk potensi ekonomi bisnis jasa perhubungan laut diperkirakan sekitar Rp168 triliun per tahun. Sejak akhir abad ke-20 pusat kegiatan ekonomi dunia telah bergeser dari Poros Atlantik ke Poros Asia-Pasifik. Hampir 70 persen total perdagangan dunia berlangsung di antara negara-negara di Asia-Pasifik. Lebih dari 75 persen dari barang-barang yang diperdagangkan ditransportasikan melalui laut, terutama melalui Selat Malaka, Selat Lombok, Selat Makasar, dan laut Indonesia lainnya dengan nilai sekitar Rp15.600 kuadriliun setiap tahunnya.
Dari data diatas diketahui begitu besarnya potensi sektor maritim Indonesia, maka akan sangat disayangkan jika potensi ini tidak dapat dimanfaatkan sepenuhnya. Langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah membuat masterplan yang memuat perencanaan sistematis dan target pembangunan dan pengembangan sektor maritim untuk jangka pendek, menengah, dan panjang. Membangun dan mengembangkan industri maritim, untuk mengembangkan sektor industri maritim pemerintah bisa memulai dari wilayah Indonesia timur, karena wilayah ini memiliki banyak potensi sumber daya alam yang berasal dari laut.
Kemudian perlu dibangun infrastruktur penunjang agar para investor tertarik menanamkan modalnya. Infrastruktur merupakan faktor yang sangat penting sebagai katalisator pembangunan, bentuk kesiapan infrastruktur untuk menunjang pembangunan sektor maritim salah satunya adalah dengan membangun dan membenahi fungsi pelabuhan. Pelabuhan dapat menciptakan konektivitas maritim yang berfungsi sebagai alur interaksi ekonomi maupun interaksi pada bidang-bidang lainnya.
Pelabuhan yang berkualitas bukan hanya pelabuhan yang berfungsi sebagai lokasi untuk bongkar-muat barang saja, tetapi pelabuhan juga harus memiliki fungsi sebagai pusat pengolahan barang dan jasa (value added). Untuk mewujudkan itu dibutuhkan pemanfaatan teknologi terbaru di bidang maritim. Teknologi menjadi syarat yang harus terpenuhi untuk bisa bersaing dengan negara-negara yang sudah mengembangkan industri maritim.Singapura menjadi pemain industri maritim yang sangat tangguh di kawasan Asia-Tenggara, bahkan saat ini Port of Singapore tercatat sebagai pelabuhan yang paling efisien di dunia.
Langkah selanjutnya adalah penguatan kompetensi sumbere daya manusia; pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi di bidang kemaritiman. Sumberdaya manusia yang memiliki kapabilitas di sektor maritim mutlak dibutuhkan, saat ini Indonesia masih kekurangan sumberdaya manusia yang memiliki spesialisasi keahlian dibidang maritim. Pemerintah juga harus melakukan penyegaran dan mendesain kembali kurikulum politeknik dan sekolah menengah kejuruan perikanan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan industri maritim. Sedangkan di level universitas perlu dibukanya jurusan atau konsentrasi ekonomi maritim yang berorientasi pada riset dan pengembangan industri maritim.